23.7.12

Bercerita

Terutama dua tahun terakhir, saya semakin pintar untuk tidak bercerita. Maksudnya begini.. Setiap ada masalah, entah kenapa, Allah selalu saya kasih cerita dari orang lain dulu. Jadi semisal saya ingin mengeluh tentang sesuatu, tetiba saja ada yang cerita tentang masalahnya yang membuat masalah saya (dalam perspektif saya) jadi nampak dangkal. 

Awalnya begitu.. Berulang kali terjadi, jadi terbiasa untuk tidak bercerita. Bercerita loh ya..bukan mengeluh. Mengeluh sih selalu, siapa juga sih manusia yang lepas dari keluhan. Caranya saja yang berbeda. Entah itu teriak-teriak sendiri di rumah, nangis menggila, nyanyi macam orang kalap, joget gak jelas (mulai mengkhawatirkan gak sih saya? Belum.. Oh ok..).

Lebih banyak yang saya jadikan samsak ya playlist lagu saya. Lihat saja bentuk pelampiasan saya apa. Kekurangannya, JERAWAT. Boleh dibilang ini stress terpendam, sila saja.. Saya akui ini stress terpendam. Hehehe..

Dulu saya sering berdalih pada diri saya sendiri, selama ada satu orang di dunia yang bisa kita pegang untuk bercerita, maka saya akan baik-baik saja. Sayangnya, satu per satu... *wordless* (tak bisa mendapatkan padanan kata yang cocok untuk ini). Saya juga sudah menyetel diri saya juga sih, ketika suatu kondisi dari suatu hubungan terlewati (sebut saja salah satunya melangkah ke fase kehidupan selanjutnya), maka kemudian akan ada batasan baru yang muncul. Batasan yang tidak bisa juga saya lewati seenaknya. 

Itulah mengapa, setiap pernikahan, setiap kelahiran, saat ini selalu menjadi situasi manis pahit bagi saya. Ketika itu terjadi, tarik nafas, melangkah pelan, dan tersenyum. Mentok. Ha!

Terutama dua tahun terakhir, saya semakin pintar untuk tidak bercerita. Tapi semakin saya sadari bahwa bercerita itu perlu. Bercerita. Bukan sekedar rangkuman, bukan hasil rephrasing dan pemikiran mulai dari latar belakang sampai batasan masalah. Bercerita saja, sesederhana cerita itu sendiri.

Hampir 27 tahun dalam hidup saya, saya dibiasakan untuk mengamati, beradaptasi, meresap, dan menganalisis. Saya tidak dibiasakan untuk bercerita. Percaya atau tidak, untuk menyampaikan sebuah wacana dalam hidup saya kepada kedua orang tua saya, saya harus menyusun mulai dari latar belakang masalah sampai tujuan dan manfaat dengan terstruktur. Bukan karena terpaksa dan disuruh, tapi lebih karena saya tahu banyak hal yang menjadi pikiran Ibu dan Bapak dalam satu waktu, sehingga saya tidak mengizinkan diri saya untuk tidak jelas. 

Pada akhirnya, saya menjadi pintar untuk menyampaikan maksud (walau masih harus dipikirkan lama, pernah sepertinya saya berpikir berbulan-bulan untuk menyampaikan satu hal pada Ibu dan Bapak). Karena itulah, ketika saya butuh untuk menjadi tidak jelas tanpa alasan, saya tidak boleh tidak jelas tanpa alasan. Akhirnya jadi kesal sendiri karena sekali lagi menjadi anak yang selalu mengecewakan orang tuanya atau menjadi sahabat yang tidak memenuhi permintaan sahabatnya. 

Overload. Terlalu sering menjadi pengamat dan penonton di pinggir lapangan, mengakibatkan begitu banyaknya informasi yang masuk ke otak dan hati yang harus diproses dan dirasakan. Melelahkan. Tidak jelas juntrungannya, jadi terlihat tidak jelas tanpa arah, diiringi kemampuan bercerita yang mengalami degradasi. Akhirnya merutuki diri sendiri, tingkat kepercayaan diri menurun signifikan. Lingkaran setan.

Jadi apa yang saya pelajari?

Bercerita itu wajib. Cari samsak bercerita yang siap seumur hidup. Konsekuensinya adalah saat menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai samsak, siaplah menjadi samsak.

Masalah kita itu kadarnya akan selalu sepele, karena pada dasarnya kita tahu solusinya apa. Permasalahan intinya adalah mau atau tidak kita mengeluarkan dan melaksanakan solusinya.

Rajin-rajin beribadah. Biar gak stress.. Hehehehe..

Terus belajar dan memperbaiki diri. Saat diri kita merasa diri kita tidak cukup baik, ya mungkin memang tidak cukup baik. 

Banyak-banyak berdoa. Sebenarnya manusia itu selalu membutuhkan pendengar. Allah Maha Pendengar, Dia akan selalu mendengarkan hamba-Nya yang dalam susah maupun senang. Jadi kalau ingin bercerita, berceritalah pada Yang Menciptakanmu.

Sekian. 

~ Mona Luthfina

No comments:

Post a Comment