4.12.11

Kekuatan Kata

Saya saat ini mengikuti satu drama Korea berjudul Tree with Deep Roots. Drama sejarah yang bercerita tentang proses King Sejong menciptakan Hangul, sistem tulisan di Korea.

Dulunya, yang bisa membaca dan menulis di Korea hanya para birokrat dan aristokrat, kalangan atas kira-kira. Sebagian besar rakyat Korea tidak bisa membaca dan menulis. Mengapa? Karena pada saat itu mereka masih menggunakan Hanja, sistem tulisan China yang jika ingin bisa membaca sebuah kalimat, paling tidak seseorang harus menghapal 1000 kata terlebih dahulu. Adalah inisiasi dari King Sejong yang ingin membuat sistem tulisan yang mudah dipelajari oleh rakyat biasa. Kalau di drama ini, salah satu motivasinya adalah karena banyak rakyat Joseon (Korea pada masa itu) yang kehilangan nyawa (secara tidak langsung) karena tidak bisa membaca. Namun, proses untuk menerapkan sistem tulisan ini tidak mudah. Banyak yang tidak setuju, terutama dari kaum aristrokat dan birokrat pada masa itu. 

Di awal serial, saya tidak begitu mengerti mengapa sistem tulisan baru sebegitu susahnya untuk diterapkan. Saya kurang mengerti mengapa King Sejong harus bersusah payah merahasiakan proses pembuatan Hangul, padahal kan tujuannya mulia. Saya kurang mengerti mengapa ada orang yang begitu gigih untuk menghalangi niat baik King Sejong untuk membuat Hangul. Saya sangat tidak mengerti mengapa proses pembuatan Hangul ini begitu dibesar-besarkan. Hahaha..

Saya tidak mengerti karena saya lupa menyetel ulang persepsi saya. Persepsi bahwa pada masa itu kemampuan membaca dan menulis adalah sebuah kemampuan yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang beruntung. Alhamdulillah saya lahir di masa kini. Masa yang memungkinkan Bapak dan Ibu saya bisa membaca (bahkan menulis buku). Masa yang memungkinkan saya bisa membaca di umur 3 tahun. Masa ketika membaca dan menulis adalah hal yang lumrah, bukan eksklusif untuk golongan tertentu. 

Akhirnya saya diingatkan kembali bahwa kemampuan untuk membaca dan menulis adalah sebuah kekuatan yang tidak bisa dipandang remeh. Ada satu dialog pada drama itu yang menurut saya cukup merangkum apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang tahu dan sadar akan kemampuan membaca dan menulis.

"Once they know writing, they will naturally know the joy of reading. If they know the joy of reading, they will wake up. Once they awake, they will know the joy of writing. In addition! Once human beings know the joy of writing, they will want to express themselves to the world. And that is how power will shift. Don't you know?

"Because writing is a weapon.What will happen if those who are not cultured write at their whim? Then words can carelessly kill or save people. That is how scary writing is."

Mau tidak mau saya setuju, jika kemampuan membaca dan menulis tidak diiringi dnegan kebijaksanaan dalam penggunaannya, kemampuan ini akan menjadi alat membunuh yang lebih efektif dibandingkan senjata tajam apapun yang ada di dunia.

~ Mona Luthfina

P.S. Drama ini membuat saya semakin menghargai pekerjaan Bapak yang menggunakan kemampuan baca tulisnya untuk menyebarkan ilmunya. Semoga menjadi ilmu yang selalu bermanfaat, Bapak.

2 comments: