25.6.09

Joey McIntyre

Menginap di kantor karena lembur sambil dengerin lagu jadul tahun 90-an (dari laptop si Restu). Trus pas playlistnya Restu lagi mainin lagu ini.. hoho.. bagus juga liriknya, baru nyadar..

Chorus:
Don't you ever wish you were someone else,
You were meant to be the way you are exactly.
Don't you ever say you don't like the way you are.When you learn to love yourself, you're better off by far.
And I hope you always stay the same,cuz there's nothin' 'bout you I would change.

Verse:
I think that you could be whatever you wanted to be
If you could realize, all the dreams you have inside.
Don't be afraid if you've got something to say,
Just open up your heart and let it show you the way.

Chorus

Bridge:
Believe in yourself.
Reach down inside.
The love you find will set you free.
Believe in yourself, you will come alive.
Have faith in what you do.
You'll make it through.

Chorus

~ Mona Luthfina

18.6.09

Ibuku yang Cantik

Ibuku yang cantik/ambisius/pekerja keras/keras kepala/visioner/hangat/lucu
ulang tahun hari ini.
Selamat ulang tahun, Ibu. =D

~ Mona Luthfina

10.6.09

Sejam Sehari

"Program 'sejam sehari' itu perlu disosialisasikan ke tengah-tengah masyarakat agar mereka bisa meluangkan waktunya untuk membaca." ~ Taufiq Ismail
Seperti yang sering aku bilang, masih ada 54 (bukan ding, 57, baru nambah lagi.. hehe) buku yang belum terbaca di rumah. Nampaknya kemampuan membacaku menurun sangat sejak waktu sekolah dulu. Padahal dengan rutinitas kerja, membuatku memiliki jadwal teratur dan tentu banyak waktu luang. Tanda-tanda penuaan dinikah? Huhuhu.. Semoga tidak.

Jadi, pas baca artikel ini, aku merasa menjadi seperti Archimedes, "Eureka!!" (hayah..). Mungkin inilah solusi untuk kebuntuanku dan keputusasaanku karena tidak sanggup lagi membaca banyak seperti dulu. Program Membaca Sejam Sehari.

Ya. Besok aku coba. Sejam di pagi hari, sebelum berangkat bekerja. Semoga kemampuan membacaku yang cukup menakjubkan (minimal untukku) akan kembali. Amin (gak pake ketawa, khusyuk).

Harus bisa!!
Lihat dirimu.. Semakin jauh mengayuh. Lewati segala tujuan hidup yang mungkin kau tempuh.
~ Mari Bercinta, Sheila on 7
~ Mona Luthfina, diiringi lagunya Sheila on 7, Mari Bercinta.

9.6.09

Yang Terlewatkan

mungkin salahku melewatkanmu
tak mencarimu sepenuh hati
maafkan aku

kesalahanku melewatkanmu
hingga kau kini dengan yang lain
maafkan aku

~ Yang Terlewatkan, Sheila On 7
Melankolis MODE: ON

~ Mona Luthfina

5.6.09

Maaf yang Tak Pernah Habis

Di satu waktu....

Aku: "Bapak tuh kalau cerita sama orang lain tentang anak-anaknya suka berlebihan, Pakde. Misal: 'Iya, anak saya kuliah di ITB, yang besar ambil Teknik Industri, adeknya di Teknik Informatika..' kan sebel Pakde, bapak terlalu berlebihan.."

Pakde: "Eh, kamu jangan gitu, Mon. Kamu sama adek tuh kebanggaan bapak sama ibu loh. Jadi biarin aja kalau bapak cerita begitu."

Di lain waktu...

Aku: "Kenapa sih Ibu gak pernah kayak Ibu-Ibunya teman mb Mona yang lain. Nganterin anaknya, masakin anaknya bekal buat sekolah, ambilin rapor.."

Ibu: "Ibu memang gak kayak Ibu yang lain, tapi Ibu selalu memastikan mb Mona sehat, makanan selalu siap walau bukan Ibu yang masak. Lagian Ibu gak pengen anak Ibu jadi anak yang manja.."

Lagi, di lain waktu..

Aku: "Selama ini kan Bapak kerja di Jakarta, emang Bapak tahu mb Mona di rumah kayak apa?"

Kembali di lain waktu...

Bapak: "Mona, minta maaf sama Ibu!"

Aku: "Gak mau, Ibu yang salah."

Bapak: "Mona!! Mona harus minta maaf sama Ibu!"

Aku: "Kenapa sih selalu Ibu yang benar dan mb Mona yang harus minta maaf?"

Masih di lain waktu..

Bapak: "Nanti Bapak kalau udah tua, mb Mona mau ngerawat Bapak gak ya? Abis sekarang Bapak minta tolong aja gak dibantuin."

Aku: "Bapak nih, apa sih pertanyaannya."

Percakapan di atas, tidak cuma terjadi beberapa kali saja. Tapi sering kali. Aku sampai sekarang masih gak ngerti, dengan kebandelanku yang kayak gitu, dengan tajamnya lidahku, kerasnya kepalaku, reaktifnya aku, kok bisa Ibu dan Bapak masih menyayangiku sampai begitu besarnya.

Di mataku pada saat berargumen dengan Ibu Bapak, selalu, setiap yang mereka lakukan, setiap yang mereka katakan, selalu saja salah. Padahal, tahu apa aku? Umur belum genap 24 tahun sudah sok tahu tentang kehidupan.

Aku tidak menjamin percakapan macam di atas tidak akan terulang kembali. Tidak dengan lidahku yang tajam, tidak juga dengan kepalaku yang seperti batu, apalagi dengan sifatku yang emosional. Tapi dengan kondisi seperti ini pun, Ibu dan Bapak akan selalu memaafkanku pada akhirnya. Tak habis pikir, bagaimana Ibu Bapak punya persediaan maaf yang tak pernah habis untuk kedua anaknya. Untuk aku yang merasa memaafkan itu kadang lebih sulit daripada minta maaf, kemampuan Ibu Bapak untuk memaafkan aku dan adek sangat menakjubkan, untuk setiap kesalahan, kecil dan besar.

Mungkin memang Allah menciptakan orang tua seperti itu. Segudang cinta, segudang sabar, segudang semangat, dan segudang maaf. Mungkin itu sebabnya ada istilah Unconditional Love. Benar-benar gak lihat situasi dan kondisi. Orang tua akan selalu menyayangi dan perhatian pada anak-anaknya.

Jadi...

Ibu, Bapak.. Untuk setiap percakapan seperti di atas, baik yang sudah maupun yang [mungkin] akan terjadi, mb Mona minta maaf. Walau pada saat itu terjadi, mb Mona akan terlalu sibuk mencari kesalahan Ibu dan Bapak, dan bersikukuh tidak akan minta maaf, namun dalam sudut hati, di pojok banget deh, selalu ada sesal mengapa selalu saja membuat Ibu Bapak sedih dan kecewa.

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." ~ QS. Al-Isra 17: 24

~ Mona Luthfina

Social Entrepreneur

"Social entrepreneurs don't want to help.
They want to change the world."
~ Bill Drayton on the fundamentals of social change in our time
Thinking a lot about this lately. Interested a lot, but not bold enough to make decision, yet.

Ajajaja..

Baru berani sampai berpikir, belum berani memutuskan.

Ayo Mona, beranilah!!

~ Mona Luthfina berpikir, berpikir, dan masih tetap berpikir.

4.6.09

Pertanyaan Hari Ini - Berhakkah?

Apakah seseorang berhak untuk sedih, tersinggung, marah, dan sakit hati terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dia tahu dan yakini?

Karena bagiku saat ini, nampaknya aku tidak punya hak untuk itu semua. Ajajaja..

Ingin tertawa miris jadinya.. Hehehe..

~ Mona Luthfina

2.6.09

Air Crash Investigation

Mau tahu gimana rasanya hidup kita sangat tergantung pada bagaimana orang lain melakukan pekerjaannya? Tontonlah Air Crash Investigation (ACI). Nah loh..

Hehehe...

[Again] ini adalah salah satu serial di Nat Geo Channel. Serial in membahas tentang kecelakaan-kecelakaan pesawat di seluruh dunia dan investigasi dibalik semua kecelakaan itu. Dari semua kecelakaan tersebut, hasil investigasinya menjadi masukan bagi berbagai pihak di industri penerbangan dunia untuk melakukan perbaikan kinerjanya.

Serius benar.. Memang. Karena [salah satunya] dari hasil investigasi inilah industri penerbangan dunia dapat memperbaiki diri.

Minggu ini kecelakaan terjadi pada salah satu pesawat China Airlines yang tiba-tiba hancur di udara dan menyebabkan 225 orang meninggal dunia. Kecelakaan ini terjadi pada tahun 2002 (tanggal 25 Mei kalo gak salah ingat). Singkat cerita, alasan dari hancurnya pesawat ini adalah kesalahan pelaksanaan prosedur maintenance 22 tahun sebelumnya.

Can you believe that?

Ok, aku gak gitu paham benar dengan penjelasan kerusakannya, tapi kurang lebih begini sederhananya..

Pesawat itu penyok karena suatu hal. Menurut Standard Repair Maintenance Boeing 747200 (jenis pesawat itu), harusnya bagian yang penyok dipotong dan diganti dengan bagian yang baru karena goresannya yang terlalu dalam. Nah, bagian maintenance China Airlines pada waktu itu, cuma mengamplas dan menambal bagian yang penyok tersebut.

Tambalan itu bertahan 22 tahun. Tapi dibalik tambalan itu, bagian pesawat yang tergores dan penyok itu retak sedikit demi sedikit. They called it metal fatigue. Retak. Sedikit demi sedikit. 22 tahun. Sekali lagi 22 tahun!!

Selama 22 tahun, hal yang mungkin nampak kecil di awal, membesar secara bertahap. Ok, mungkin ketika memperbaiki pesawat itu, petugas maintenance-nya [atau siapapun yang bertanggung jawab 22 tahun sebelumnya] gakkan nyadar, kesalahan bodoh yang dia buat karena tidak mengikuti prosedur bisa membuat 225 orang meninggal dunia. Mungkin kalau mengikuti prosedur, biaya yang dikeluarkan sangat besar, sehingga diambil jalan pintas. Yeah, jalan pintas ke dunia lain.

225 orang. Kalau semua orang yang naik pesawat tersebut selama 22 tahun sebelum kecelakaan naas itu terjadi dibilang beruntung, lalu 225 orang itu, apa bisa kita sebut apes atau sial? Nampaknya tidak semudah itu. Minimal tidak sesadis itu. Kematian memang misteri Allah. Tapi aku yakin, dalam setiap hal di dunia, selalu ada penjelasannya. Paling tidak ada moral cerita yang bisa kita ambil.

Lalu ada cerita apa dibalik tragisnya kecelakaan tersebut? Aku cuma [baru] bisa berpikir dua hal. Tanggung jawab dan konsekuensinya.

Episode ini menambah pemahamanku akan makna "Bekerjalah sebaik-baiknya". Karena kita gak tahu apa dampak dari semua yang kita kerjakan. Dekat dan jauhnya. Kita tidak bisa memprediksi masa depan. Kita cuma bisa belajar dari masa lalu. Kita cuma bisa melakukannya di masa kini.

Siapa yang tahu hal remeh yang aku kerjakan hari ini baru terasa konsekuensinya 22 tahun mendatang. Tanggung jawabku hari ini ternyata tidak sekedar untuk hari ini, tapi untuk selamanya. Tidak hanya untuk pemberi tanggung jawab tetapi untuk semua yang terlibat dalam semua hal yang aku lakukan (dan itu bisa berarti semua orang).

Begitu besarnya makna dibalik tanggung jawab dan konsekuensinya. Membuat kita tidak seharusnya meremehkan atau sekedar memandang sebelah mata pada keduanya. Ya Allah. Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang bertanggung jawab dan siap menerima konsekuensi apapun dalam hidup kita.

Perbaikan memang lebih mudah dilakukan bila ada sesuatu yang salah. Namun, tidak selamanya perbaikan harus dilakukan karena ada kesalahan. Mudah-mudahan industri penerbangan kita sadar akan itu. Sadar bahwa setiap tindakan yang mereka ambil, mempengaruhi hidup orang banyak.

Berasa ditampar bolak balik, trus ditampar bolak balik lagi, trus ditampar bolak balik lagi. Membuatku bertanya pada diriku sendiri, "Apakah aku sudah memberikan usaha yang terbaik dalam setiap hal yang aku lakukan di dunia ini?"

Yah, begitulah..

~ Mona Luthfina yang merasa episode ACI ini sangat menyindir diri sendiri.

1.6.09

Berhenti Berpikir

Mona apa kabar?

Beberapa hari ini banyak yang bertanya seperti itu. Hmm..

Jawaban standar, "Alhamdulillah, baik.."

Standar sih emang (aku mengakui kreativitasku dalam menjawab pertanyaan ini sedang buntu). Tapi, memang kondisinya lagi standar. Fisik, tidak sakit, tidak kurang tidur, tidak aneh-aneh. Mental, masih waras, masih tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik (semoga). Hati, datar. Jiwa, tidak kosong (alhamdulillah), masih perlu banyak perbaikan sih tentunya. Secara umum, stabil.

Nampak tidak menarik. Huakhahahaha...

Standar tapi tidak juga ah (hayah, gak konsisten deh..). Fisik, mental, hati, dan jiwa memang sedang standar dan stabil. Tapi pikiran.. Masya Allah.. kayaknya lagi kebanyakan mikir deh. Nampak banyak hal yang menarik untuk dipikirkan atau setidaknya banyak hal yang berlomba untuk menarik perhatian otakku untuk dipikirkan pertama.

Banyak hal sampai-sampai berbagai macam kegiatan pasti sambil mikir sesuatu. Mau itu nonton TV, ngerjain kerjaan di kantor, makan, naik ojek, blogging, baca koran, baca majalah, mau tidur, tidur, bermimpi, bahkan saat aku ingin cuma diam, otakku pun memaksa berpikir.

Apa sih yang lagi dipikirin sama seorang Mona?

Banyak..

Kapan aku bisa mencoret daftar "54 unread books"-ku lagi, kapan bisa ke Baleendah lagi, rencana untuk bulan ini, rencana bulan Juli, rencana bulan Agustus, rencana bulan September, sampai rencana bulan Desember, kenapa paus biru disebut paus biru, kenapa langit Bandung tidak sebiru dulu, mau ambil S2 jurusan apa, apa yang benar-benar aku inginkan, apa aku benar-benar ingin S2, apa yang harus aku lakukan untuk pernikahan saudara-saudaraku, aku ke Jakarta gimana ya pas nikahan temanku, rencana keuangan bulan ini, harus bikin daftar belanja bulanan, pengen ngatur rumah lagi, pengen bikin perpustakaan kota, kenapa sinetron Indonesia gakda yang beres, kenapa seseorang bisa dibilang cantik dari tulisannya, kenapa aku sudah mulai ditanya "Kapan gilirannya?", yang membuatku berpikir, "Kapan giliranku?", akan bertahan sampai kapan di tempat kerjaku yang ini, apa yang harus kulakukan supaya bisa ke Turki, ada apa sih dengan Manohara, gimana caranya bantuin Ibu, kenapa setiap tujuh langkah aku selalu bertemu orang yang merokok, pengen beli kamera, dan segudang topik yang tidak berhubungan lainnya...

KEBANYAKAN MIKIR dan KEBANYAKAN PERTANYAAN!! Itulah aku.. Sejak dulu..

Stop thinking and just do it.

Ah, I should think where I could start.. Ahahaha.. [Ketawa miris: MODE ON]

Overload.

Tarik nafas. Diam. Paksa otakmu diam 10 detik. Tarik nafas. Mulai lagi dari awal. Satu per satu. It's gonna be ok, Mona. IT IS always gonna be ok!

Ok, mulai lagi..

Mona apa kabar?

"Alhamdulillah baik dan sedang asyik berpikir.."

Berpikir apa?

"Tidak, tidak lagi berpikir, berpikir tidak lagi cukup, aku harus bertindak.."

Bertindak apa?

"Melakukan semua yang aku pikirkan.."

Dimulai darimana?

"Dimulai dari..... melakukan apa yang harus dilakukan secepatnya.."

Apa itu?

"Membuat skala prioritas.."

Apa prioritasmu?

"Menetapkan mimpi."

~ Mona Luthfina berhenti berpikir sejenak