15.3.09

Wajah Indonesiaku di Perjalanan

Masih tentang perjalanan [kebanyakan di jalan jadi kebanyakan mikir.. Huakhahaha..]

Kemarin, 12 jam menyusuri Pulau Jawa bagian selatan, dimulai dari Pacitan sampai dengan Bandung. Melewati 4 propinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Barat. Dari keempat propinsi tersebut terlihat jelas perbedaannya. Terutama dari segi fisik, infrastruktur.

Khas dari kota/kabupaten di Jawa, ada alun-alun yang di setiap sisinya terdiri dari kantor pemerintahan, pusat perdagangan, dan masjid agung. Sangat khas. Selain wajah kota/kabupaten dari segi infrastrukturnya, tergambar pula sekilas mengenai kondisi ekonominya. Ada yang setelah maghrib sudah sangat sepi, ada pula yang masih sangat ramai. Ada kota yang gampang nemu rumah makan, ada juga yang kalau mau makan harus keliling-keliling kota dulu. Ada yang kotanya rapiii banget, ada juga yang renyek kayak peyek.. Bueranntakaan.. Ada yang kotanya teduh, ada juga yang gersang.. Ada yang kantor pemerintahannya mewah, ada juga yang sederhana. Ada yang infrastruktur jalannya bagus dengan jalan yang lebar-lebar, ada juga yang jalan lobang dimana-mana mana sempit pula. Ada yang rumah-rumahnya kebanyakan masih pakai bilik bambu, ada juga yang udah banyak rumah mewah. Ada yang gelap, ada pula yang terang berderang. Begitu beragamnya kota dan kabupaten ini membuatku berpikir. Segitu tak meratanyakah negeri kita?

Tak mungkin dihindari sih, cerminan wajah dari suatu kota atau kabupaten atau suatu lingkup kecil daerah seperti desa sangat bergantung pada siapa yang mengelolanya. Tapi sebegitu tak meratanyakah? Sebegitu senjangkah ekonomi antar kota/kabupaten bahkan masih dalam satu pulau, bahkan masih dalam satu propinsi, bahkan yang bersebelahan.

Ah.. gemes deh rasanya.. Tapi sekali lagi, ini cuma perasaanku yang muncul karena apa yang nampak dari luar kota/kabupaten tersebut. Mungkin di kota kecil yang sudah gelap setelah maghrib itu justru penduduknya lebih bahagia dibanding kota besar yang penuh dengan bendera partai dan spanduk-spanduk iklan di jalanan.

Yang aku suka dari para kota/kabupaten kecil (bukan yang ibukota propinsi) adalah, kerapihannya. Mungkin karena lebih kecil, sehingga lebih mudah diatur. Terlihat ada sinergi di alun-alunnya sesuai dengan fungsi alun-alun sebagai pusat kota. Sinergi yang tidak terlihat di kota besar yang penuh dengan spanduk iklan, kendaraan, mall, dan belum ditambah bendera partai yang jumlahnya jelas berkali-kali lipat dibanding di kota/kabupaten kecil (bukan daerahnya ya, kalau daerah jelas kabupaten lebih luas dibanding kota).

Hmmm..

~ Mona Luthfina berpikir tentang wajah Indonesia yang begitu beragam..

No comments:

Post a Comment