15.3.09

Aku Anak Kota!!!

Seminggu ini aku pergi ke Jawa Timur berkeliling-keliling karena ada kerjaan. Dari Bandung naik pesawat ke Surabaya, dilanjutkan dengan mobil ke Bojonegoro, Ngawi, Madiun, Ponorogo, Trenggalek, dan terakhir di Pacitan. Setelah dari Pacitan, pulang lagi ke Bandung (naik mobil).

Sepanjang perjalanan, aku melewati banyak pematang sawah, gunung, pepohonan, sungai, dan tentunya langit biru jernih yang luas. Perjalanan ini banyak melewati kota-kota kecil dengan gambaran penduduknya yang terlihat di sana. Rumah-rumah yang sederhana, masjid atau mushalla yang penuh saat jam shalat, toko-toko yang tutup setelah maghrib, anak-anak yang bermain di sungai, petani yang sedang mengurusi sawahnya, remaja-remaja yang bergerombol pulang dari sekolahnya, atau penduduk yang sekedar melepas lelah di warung kopi.

Pemandangan itu mencekokiku selama 5 hari penuh, sangat jauh berbeda keadaannya dengan di kota besar. Pemandangan yang membuatku bertanya, apa ya yang ada di pikiran mereka saat itu. Apa ya yang mereka pikirkan tentang hidup mereka. Apakah mereka merasa bahagia. Apakah mereka merasa cukup dengan apa yang mereka punya. Apakah mereka sudah merasa sejahtera. Banyak pertanyaan yang muncul berseliweran di otakku sepanjang perjalanan itu.

Muncul pula pertanyaan, jika aku dilahirkan di kabupaten kecil itu atau di pelosok daerah itu atau di desa itu, apakah aku akan merasa bahagia?

Aku selalu menganggap diriku adalah orang yang mudah beradaptasi, mau dilempar ke manapun, silahkan. Insya Allah bisa. Itu yang aku percaya, karena Ibu dan Bapak mendidikku seperti itu. Tapi, perjalanan itu membuatku berpikir ulang, kalau aku dilempar ke suatu desa terpencil (bahkan misalnya masih di Pulau Jawa pun) apakah aku mampu? Hmm..

Aku yang saat ini adalah anak kota luar dalam.. Walau lahir di desa, tapi besar di Kota Bandung dengan segala kemewahannya. Aku yang sekarang dimanja oleh kota yang memiliki fasilitas lengkap dengan kenyamanan yang wah. Aku mengikuti sejarah stasiun TV, aku dimanja oleh kemudahan transportasi, aku dimanja oleh internet, dimanja oleh mudahnya mendapatkan makanan hanya dengan mengeluarkan uang, dimanja dengan kemampuan untuk mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dimanja dengan pendidikan, dimanja dengan kesehatan, dan segudang kemewahan dari kota kecil namun sangat canggih ini.

Aku mengenal gedung-gedung tinggi, aku mengenal bangunan tembok, aku mengenal mobil, aku mengenal handphone, aku mengenal teknologi, aku dididik dengan teknologi, aku pun belajar di institut teknologi.

Dengan semua kemewahan itu, aku menjadi tidak yakin lagi dengan diriku sendiri. Sanggupkah aku bila tiba-tiba jalan hidupku terlempar ke suatu daerah terpencil dimana segala kemewahan itu tidak ada? Hmmmm...

Hmmm...

Hmmm...

Hatiku menjadi ciut..

Ah.. Ternyata aku memang anak kota luar dalam.. Anak kota yang manja..

Tapi, manusia memiliki kemampuan adaptasi yang mengagumkan. Di suatu keadaan terdesak, untuk memenuhi kebutuhan dasar, jikalau kemewahan itu tidak ada. Seorang manusia normal pasti akan mencari jalan untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi ya.. walaupun aku ciut saat ini dan menyatakan bahwa aku anak kota yang manja, tapi kalau emang suatu saat itu terjadi..

Hmmm...

..mungkin aku hanya bisa pasrah, tetap tersenyum lebar, berhati lapang, dan memutuskan, "Yasudahlah, kerjain aja apa yang bisa aku kerjain di depan mata."

Manusia memang makhluk yang mampu beradaptasi. Batasnya hanyalah kemauan dan tekad sepertinya. Oh iya.. dan keterpaksaan tentunya. Hehehe..

~ Mona Luthfina

P.S. Sampai hari terakhir di Jawa Timur, tetep gak nemu anak Pak Kades yang sholeh dan baik hati nih.. Huakhahahaha..

P.P.S. Aku belum dapet tugas keliling-keliling negara maju nih, kalau dapet, pasti aku bakal bertanya lagi, "Mampu gak ya, kalau aku dilempar keluar negeri, ke Perancis misalnya.. hehehe" Ada yang mau ngelempar aku keluar negeri? Dengan pekerjaan atau beasiswa yang layak tentunya, bukan jadi TKW di negeri tetangga.. Hehe..

No comments:

Post a Comment