1.11.12

Kredit untuk Mahasiswa


Di Kompas hari ini (Kamis, 1 November 2012), terbaca satu wacana berjudul "Dirancang, Kredit untuk Mahasiswa". How do I think about it?

Setahu saya (dan ini berdasarkan semua TV Series yang saya tonton :P You see, not every 'useful' knowledge come from so-called heavy books. In dramas, movies, or fiction books, there are always new knowledge to discover, that if we know how to digest the information. :P), di Amerika sistem ini sudah berlaku, bahkan seringkali utang sekolah menjadi salah satu beban yang dipikul bahkan sejak hari pertama kuliah. Tapi ya, menurut saya, wacana kredit untuk mahasiswa jauh lebih baik daripada wacana pendidikan gratis. Mengapa?
  1. Karena pendidikan tidaklah murah, sangat mahal malah.
  2. Pemerintah memang bertanggung jawab atas pendidikan warga negaranya, tapi begitu pula dengan si warga negara itu sendiri, dan kedua orang tuanya. 
  3. Pendidikan memang salah satu hak asasi manusia, tapi seiring dengan diberikannya hak, diberikan pula kewajiban.
  4. Pendidikan gratis akan membuat (terutama di Indonesia) si pelajar atau mahasiswa akan seenaknya. Karena tidak ada rasa memiliki atau tidak ada rasa beban di sana. 50 ribu diberi begitu saja tidak semanis 50 ribu hasil kerja keras.
  5. Pendidikan itu mahal, tapi tidak seharusnya semua biaya dibebankan kepada pelajar/mahasiswa/orang tua. Jika ini terjadi, bisa jadi pendidikan akan menjadi prioritas ke sekian setelah kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
  6. Pendidikan itu mahal, tapi tidak juga semua biaya harus dibebankan pada pemerintah. Bayangkan kalau semua biaya pendidikan pelajar dan mahasiswa di Indonesia dibayar oleh pemerintah. Bisa (semakin) gak maju-maju kita. :P
  7. Pendidikan itu sebuah tanggung jawab bagi siapapun yang memilih untuk terlibat ke dalam sistemnya (yeah, easier said than done!). 

Untuk itu, saya sangat mendukung Kredit untuk Mahasiswa, dengan catatan, besarnya masuk akal. Ada persentase yang menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhinya dan sisanya adalah kewajiban si mahasiswa untuk memenuhinya.

Idealnya (ini kalau ngomong ideal ya). Sampai SMA, biaya pendidikan dibagi antara orang tua dan pemerintah. Biaya kuliah dibagi antara mahasiswa (dalam bentuk utang tanpa bunga, dengan klausul jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, semisal mahasiswa tersebut meninggal dunia, utang dianggap lunas.) dan pemerintah (anggap saja investasi masa depan negara).

Utang, mau tidak mau memaksa mahasiswa HARUS menyelesaikan sekolahnya. Semakin lama, semakin banyak utangnya (Go to the corner, Mona! Kamu disetrap!).

Aish.. I shud finish my master study as in immediately. Hayah..


Salam, 

 ~ Mona Luthfina

No comments:

Post a Comment