10.10.12

Does It Matter?

Saya rasa, manusia memang terlihat dalam kondisi terbaiknya saat sedang mengerjakan apa yang menjadi hasrat hidupnya. Saya akui saat melihat seseorang yang fokus akan apa yang sedang dikerjakan, banyak rasa muncul. Antara kagum, iri, termotivasi, dan terinspirasi.

Apa passion saya?

Pertanyaan yang seringkali tak dapat saya jawab dengan mantap. Seringkali saya akan menjawab, "Buku". Tapi, saat ini saya merasa saya tidak berhak dan bersalah untuk menjawab pertanyaan itu lagi dengan jawaban yang sama. Seperti perasaan telah mengkhianati sesuatu. Itu mungkin yang saya rasakan terhadap "buku" sebagai passion saya.

Dan saya menjadi kehilangan arah. Ketika hidup sudah tidak lagi seharusnya berpikir tentang rencana sehari-hari, saya masih berpikir dalam jangka waktu yang pendek. Tidak termotivasi pula untuk memikirkan jangka panjang. Indikasi ada yang salah? Saya juga merasa seperti itu. Saya tahu dan sadar sepenuhnya bahwa waktu tidak akan pernah menunggu.

Beberapa waktu lalu, seorang teman baik berkata, "Kenapa ya kayaknya waktu terasa lebih cepat, padahal yang dilakukan sama. Tapi terasa lebih pendek." Tak terasa terpikir juga. Saya tak punya jawabannya kala itu, saat teman saya ini melontarkan wacana waktu yang lebih pendek, dsb, dsb. Setelah tak kuasa terpikir beberapa hari, mungkin waktu terasa begitu cepat berlalu di saat tidak ada kemajuan terjadi adalah karena kita terlalu sibuk melakukan hal-hal yang tidak penting. Doing things that actually don't matter. Ah, saya juga ingat kala itu teman saya berkata, "Mungkin karena prioritas aja kali ya berubah." 

Prioritas. Saya mencapai kesimpulan bahwa saat kita sibuk dengan hal-hal yang tidak penting tapi kita anggap penting, waktu akan terasa begitu cepatnya. Tak berarti saat kita sibuk dengan hal yang penting kita akan merasa waktu berjalan lambat juga sih. Waktu tetap takkan menunggu siapapun. Perbedaan dari keduanya adalah penyesalan. Akan selalu ada rasa sesal yang menyergap ketika saya menyadari telah menghabiskan waktu untuk hal-hal yang seharusnya tidak saya pikirkan. Seringnya, saya akan membuat berbagai macam pembenaran akan apa yang telah saya lakukan. Di saat, semua pembenaran itu akan semakin membuat saya merasa bahwa apa yang telah saya lakukan itu semakin dangkal dan tidak penting. Huakhahahahaha...

Saya (mungkin) sudah mencapai di satu titik di mana tidak seharusnya ada di fase ini lagi. Postingan seperti ini pun bagi saya sudah seperti lagu lama yang terdengar dari radio yang rusak. Bosan dan ingin cepat-cepat menggantinya dengan radio yang baru, tapi tak ada dananya. Huakhahahaha.. Saya sudah seharusnya tahu apa yang saya butuhkan, inginkan, dan apa yang saya kejar. Sudah tidak saatnya lagi memakai alasan quarter-life crisis ketika umur pun sudah jauh dari seperempat abad. :P

Seperti biasa, saya si manusia yang selalu belajar di akhir waktu. Deadliner sejati, atau ini hanya sekedar pembenaran tambahan dari apa yang masih saya lakukan sekarang.

Ah, ribet sekali..

Salam, 

 ~ Mona Luthfina

1 comment:

  1. monaaa... langkah dan tindakan itu pilihan.. yg penting tanggung jawab sama pilihan kita

    ReplyDelete