12.7.11

Takut Akan Angka

Disclaimer: Postingan ini agak sendu dan gelap, jika sedang tidak ingin ikut gelap dan sendu, silakan ditutup. :)

26

Saya tidak pernah menyangka bahwa angka ini akan menjadi angka yang mengerikan. 

Dalam hitungan hari status usia saya akan berubah menjadi 26 tahun dan beberapa hari lalu angka ini baru menyesap di pikiran dan hati saya. Ok Mona.. Kalimatmu membuatnya menjadi dramatis. Huakhahaha..

Tapi, iya juga sih.. Tak sampai seminggu lalu saya bertemu dengan seseorang yang kebetulan adalah anak angkatan bawah saya di TI. Obrolan standar dilakukan, "Abis lulus mau ngapain?", "Dulu lab mana?", "Kenal ini dong? Kenal itu dong?" sampai obrolan-obrolan, "Anak 2003 X udah punya anak sekarang.. Yang ini juga.. Yang itu juga..." 

Jawaban saya atas pertanyaan sederhana si teman inilah yang membuat saya merasa dramatis menyesapi kengerian angka 26. Hayah..

"Kok, anak 2003 udah banyak yang punya anak mbak?"

Saya menjawab, "Ya wajarlah.. Kami rata-rata udah 26 tahunan gitu..."

Hohohohoho.. And the reality is becoming real! Hehehe..

Waktu jelas tidak pernah berkenan untuk melambat ya.. Kehidupan selama setahun ini berkelebat di pikiran saya. "Mona, kamu ngapain aja sih?"

Saya tidak pernah merasakan masa yang lebih menakutkan dibanding setahun ini. Takut akan masa depan, takut akan masa kini, dan takut akan masa lampau. Biasanya, saya tidak terlalu berpikir banyak di pergantian usia. Karena toh, saya pikir, jadilah orang baik setiap saat. Dari dulu orang tua saya selalu mendidik dan mendoakan saya untuk jadi anak yang baik dan shalehah. Tapi sampai saat ini pun saya masih gamang dengan "anak yang baik dan shalehah" itu seperti apa. (Ibu Bapak, please doainnya lebih detail dong.. Heuheuheu..) 

25 tahun saya belajar jadi manusia, saya merasa saya pada akhirnya tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tapi banyak hal di tahun ini yang membuat saya meragukan batas baik dan tidak baik yang saya miliki. Pada akhirnya, saya merasa tidak menjadi orang yang baik. Maka itulah saya menjadi takut.

Tak hanya itu yang menakutkan, hidup di masyarakat yang menuntut suatu capaian di suatu masa yang berhubungan dengan status, pendidikan, keuangan, dan pola pikir jelas membuat pikiran sendiri. Saya tidak biasa terlalu banyak memikirkan apa kata orang, tapi hidup sendiri jelas membuat saya banyak berpikir tentang apa kata orang. (Untuk orang yang haus hubungan sosial dan afeksi macam saya, hidup sendiri membuat saya menjadi semakin haus perhatian, jelas dan membuat saya menjadi lebih berpikir tentang apa yang akan dan atau sudah dipikirkan oleh orang lain).

Saya tidak bisa tidak merasa harus dewasa walaupun saya tahu kedewasaan tidaklah diukur dari umur. Tapi ada aturan-aturan tak tertulis bernama norma sosial yang membuat saya harus merasa dan berperilaku dewasa walau saya masih ingin bermain-main. Walau tidak ingin, tanpa sadar saya terkekang sendiri oleh angka 26. Ahhhhhh.... Mumet...

Padahal, saya sendiri masih tidak berani untuk melangkah lebih jauh. Misal saja tentang menikah. Siapa yang tidak ingin, usia sudah cukup, gelar "masih bodoh" dari Ibu pun sudah dicabut, habla habla.. Tapi untuk memikirkan hal itu pun, saya masih "Aaaarrrgghhhh.. haruskah dipikir sekarang.." seperti saya sudah tidak punya waktu lagi. 

Belum lagi rencana-rencana masa depan. Seperti "Abis S2 mau apa?", "Rencananya gimana tahun depan?". Saya tidak terbiasa untuk membuat rencana jangka panjang. 10 tahun? 5 tahun? Tidak tahu. Bulan depan saya mau melakukan apa saja saya tidak tahu. Saya si manusia harian, hidup di masa kini, menyesal untuk hari kemarin, dan bermimpi untuk hari esok. Terkesan tidak stabil, tapi keadaan membuat saya (dipaksa) terbiasa hidup di ketidakstabilan. Walaupun saya tahu, pada suatu masa harus ada titik stabil yang saya ambil. Tapi saya masih tidak tahu kapan itu, dimana itu, dalam kondisi apa itu, dan apakah harus saya pikirkan sekarang? Ya, saya pun tahu pada akhirnya harus saya pikirkan juga. Tapi, haruskah sekarang?

See, how a number can make you feel very desperate?

Jadi, apa kabar Mona? Inilah kabar saya.. Sedang ketakutan akan sebuah angka, tidak yakin pada diri sendiri, dan mengakui bahwa semakin ke sini semakin jauh dengan Sang Pencipta. 

Apa yang dirasakan? Ngeri, takut, dan tidak pernah merasa lebih kesepian dari saat ini. Ya Allah apa yang harus kulakukan? Susahnya hidup dengan hati lebih besar dari otak.. Emosi berbicara, nafsu yang bertindak. Huyaaaaa...

~ Mona Luthfina

P.S. Wow, postingan yang gelap.. Maaf jika ada yang merasa menjadi gelap dan sendu..

8 comments:

  1. Aku suka sekali ini, "Jadilah orang baik setiap saat." :)

    ReplyDelete
  2. @batari kalau diriku ini paporitku:

    Ibu Bapak, please doainnya lebih detail dong..

    :-D

    Senang Mona menulis kembali.

    ReplyDelete
  3. @BatBat: wuiiihh.. langsung dikomen ama BatBat.. hehe..

    @Beno: -______________-"

    ReplyDelete
  4. *cubit-cubit lengan Mona*

    ReplyDelete
  5. santey dulu lah mon, jangan stress gitu donk, tiap orang punya jalan hidupnya masing-masing kok. Siapa yang terbaik? Mungkin hanya dia yang paling mensyukuri dan menjalani kehidupannya sendiri sebaik mungkin. Keep positive mon! Gw juga 26 tahun kok!

    ReplyDelete
  6. @biduu: cubit balik.. :D

    @anto: hahaha.. selamat ulang tahun, Antoo... ulang tahun lo bareng ulang tahun pernikahan nyokap bokap gw.. *trus?* :))

    ReplyDelete
  7. terusss... nulisnya dilanjutin, Mon. :-)

    ReplyDelete
  8. Yeah life's hard these days...tapi tenang mon...lupakan lo udah 26 tahun. Karena apa? karena gw masih 25. *minta dikemplang*.

    Lets eat ramyeon yang bikin sakit perut sambil nonton dorama pas lo ulang tahun. Hihihi!

    ReplyDelete