17.3.11

"Saiai" and Some Memories & Thoughts of Mine (baca: Racauan Part 2)

Hmmmm....

Apa yang harus saya tulis? Saya mau nulis apa.. Hmmm..

Untuk orang-orang mengenal saya secara langsung, secara langsung di sini maksudnya adalah sering bertemu saya langsung, pasti tahu kalau saya terjebak di dunia KPop. Hahaha... Bukan sesuatu yang saya banggakan sih, tapi bukan sesuatu yang saya tidak banggakan pula. Banyak hal yang membuat saya berpikir tentang banyak hal dari keterjebakan saya itu. :)

Jadi, beberapa hari lalu, saya menemukan satu lagu, judulnya "The Best Love", dinyanyikan oleh 2AM (ini salah satu KPop Group terkenal di Korea, jelas, makanya judulnya KPop). "The Best Love" ini sebuah remake dari lagu dengan judul aslinya "Saiai", yang dinyanyikan oleh Fukuyama Masaharu (salah seorang aktor dan penyanyi terkenal di Jepang). Singkat cerita, akhirnya saya mencari lagu "The Best Love" versi 2AM (yang dinyanyikan dalam bahasa Korea), "Saiai" versi Fukuyama Masaharu, dan ternyata saya sudah pernah dengar lagu ini sebelumnya di dorama Galileo, dinyanyikan oleh KOH+ atau Kou Shibasaki

Apakah saya mengerti lagunya? Sama sekali tidak. Hahaha.. Yang satu bahasa Jepang, yang satu lagi bahasa Korea. Saya cuma tahu beberapa kata, itu pun karena kegandrungan saya akan dorama Jepang dan drama Korea. Hehehe.. 

Tapi, musiknya berhasil membuat saya.. hmmm.. wondering.. dan memikirkan banyak hal. Pertama kali dengar lagu ini, tanpa membaca terjemahannya, langsung membuat saya merasa bahwa lagu ini lagu sedih (dan ternyata memang lagu ini lagu sedih). Fukuyama Masaharu memang hebat. Haha..

Hmmm... (saya sedang sering melakukan hal ini.. the "hmmmm" thing)

Saya terpikirkan banyak hal (bukan pemikiran sesaat, namun pemikiran yang kebetulan sudah berlangsung beberapa saat). Tentang hidup saya, sebagian besarnya. Perubahan yang terjadi pada saya, fisik maupun mental. Hubungan saya dengan orang-orang terdekat saya, hubungan saya dengan Tuhan saya, hubungan saya dengan saya sendiri. Bagaimana saya menjalani hidup saya. Bagaimana saya menghadapi berbagai hal. Bagaimana saya bersikap. Semua pemikiran, penyangkalan, keberanian, sekaligus ketidakberanian. Masa lalu, masa kini, dan masa depan. Baru kali ini saya mengalami satu fase dimana saya tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Apalagi menuliskannya (ini kali pertama saya menuliskannya, itu pun cuma sedikit. It's only the tip of an iceberg, they may say).

Sedari dulu saya selalu berpikir bahwa dunia diciptakan seimbang. Cukup. Tidak berlebihan. Pas. Untuk itu, manusia harus menjalani hidupnya dengan seimbang. Saya juga berpikir bahwa manusia diberikan segala sesuatunya dengan seimbang. Kelebihan dan kekurangan. Baik dan buruk. Naik dan turun. Oleh karenanya, manusia itu sama di hadapan Tuhan. Tidak ada yang lebih baik dari yang lainnya. 

Jangan mengeluh. Ibu saya selalu berkata seperti itu. Dari salah satu fragmen memori masa kecil saya, ada satu fragmen dimana Ibu saya mengajarkan saya untuk tidak mengeluh. Harus jujur dan jangan mengeluh. Samar-samar, tapi selalu teringat, dalam banyak bentuk dan cara. Mengapa Allah membuat saya mengingat pesan itu, saya tidak tahu. Tapi sepertinya, menilai dari karakter saya, saya sedikit mengerti mengapa. Karena kedua hal tersebut adalah dua hal yang paling susah saya lakukan. Karena kedua hal itu pulalah, saya paling sensitif terhadap hal-hal yang menyangkut keduanya. Contoh: Komentar bahwa saya tukang ngeluh adalah komentar yang paling saya benci. Atau pengalaman saya nilep uang SPP pas SD adalah salah satu momen yang paling membuat saya merasa bersalah, karena saya sudah membuat Ibu saya kecewa.

(Kilas balik: Saat itu, Ibu saya, yang galaknya minta ampun itu, tidak marah. Tapi hanya diam, dan saya tahu belakangan kalau Ibu saya menangis karena hal itu. Saya lebih memilih dimarahi daripada didiamkan atau membuat Ibu saya menangis. Jelas. Momen itu akan selalu menjadi salah satu fragmen memori yang saya ingat dan berhasil membuat saya bersalah setiap kalinya..)

Alhamdulillah, Allah sering menempatkan saya di situasi dimana saya tidak bisa mengeluh di saat saya sangat ingin mengeluh. Situasi-situasi yang membuat saya berhasil berpikir bahwa masalah saya itu sangat kecil dibanding masalah orang lain. Namun, sepertinya karena terbiasa seperti itu, saya tidak bisa menemukan waktu dimana saya bisa mengungkapkan apa yang saya rasakan dan apa yang saya pikirkan. Seperti yang saya rasakan pada saat ini. Nampaknya, tipis bedanya antara mengeluh dan minta tolong (paling tidak untuk saya). Seperti.. Apakah tulisan saya sekarang ini sebuah keluhan atau bukan?

Saya tahu dan sadar, bahwa saya adalah tipe orang yang akan selalu bisa melewati suatu fase menyebalkan dalam hidupnya dan belajar dari fase itu. Tapi untuk kali ini.. Saya tidak tahu. Datar. Blank. Minta ditampar bolak-balik.

Kalau boleh mengeluh, untuk menutup tulisan ini (yang mungkin juga merupakan sebuah keluhan panjang).. This time of my life, it's the loneliest time I have, if I may say. 

~ Mona Luthfina

P.S. Tulisan ini bisa ditulis karena saya tergerak oleh lagu yang saya ceritakan di atas. Karena toh, pada saat ini pun, saya juga bingung bagaimana untuk menulis. Terlihat dari tulisan (yang setelah saya baca ulang) isinya hanya racauan yang sepertinya nanti akan saya sesali sudah saya tulis dan publish :)

But yeah, this is my blog anyway.. and I'm tired having my mind racing all the time from chasing pirates.. Hahahaha..

P.P.S. Ohya, ini lagunya..


Saiai by KOH+

The Best Love by 2AM (Korean version)

Saiai by Fukuyama Masaharu

5 comments:

  1. Gue sampai saat ini baru tahu lagu Boom Boom Boom" 2AM (yand dulu gue ingetnya 2 PM dudul). Suka sukaa 2 AM! Btw, post ini sama sekali nggak dikategorikan sebagai keluhan kok, Mon :)

    ReplyDelete
  2. "This time of my life, it's the loneliest time I have, if I may say"..

    menurutku semua orang bakal punya fase itu Mon..peluk Mona, peluk hangat :)

    ReplyDelete
  3. @Bata: hihihi.. kena Hallyu Wave juga dia..

    @nanche: haha..

    ReplyDelete
  4. Mon, peluk-peluknya sama Nanche nya udahan belum?
    kalau udah ayo nulis lagi. :-D

    ReplyDelete
  5. Mon, ayolah menulis kembali. :-)

    ReplyDelete