Sebagian besar anak ITB dulu ketika kuliah akan menjawab hal yang sama jika ditanya, "Setelah lulus, rencananya apa?"
"Cari kerja, abis itu cari beasiswa S2 keluar negeri, menikah, dan bikin sekolah."
Sebagian besar ya, bukan semua. Mainstream-nya sih seperti itu.
Sejalan dengan waktu, setahun, dua tahun, 3 tahun lulus, mulai terlihat pemenuhan rencana itu. Tidak semua langsung bekerja, tidak semua mendapat beasiswa keluar negeri, dan tidak semua jadi membuat sekolah. Realita menyapa dan prioritas-prioritas otomatis langsung tertata. Ternyata tidak semua rencana itu mudah untuk diaplikasikan. Toh, jawaban di atas sebenarnya juga tidak cocok untuk semua orang. "Too Good To Be True Answer" atau "Too Unrealistic Dreams"? Hehehe..
Saya? Saya juga menjawab hal yang sama. Kerja, cari beasiswa, S2, menikah, bahagia.
Alhamdulillah, saya bisa langsung kerja. Rencana 1: Berhasil! Walaupun tempat kerja saya aneh, tapi toh saya bekerja juga. Bahkan beruntungnya saya, bisa jalan-jalan keliling Indonesia.
Lalu saya berpikir tentang prioritas saya.
Lalu saya berpikir tentang prioritas saya.
Rencana 2: Cari beasiswa S2 di luar negeri. (Saya mau cerita tentang ini di postingan ini). Hmmmmm...
Saya berpikir entah berapa banyak kali untuk rencana ini. Yang jelas, banyak! Kenapa saya harus S2? Apa memang untuk menambah pengetahuan harus dengan S2? Belum lagi, susah sekali dapat beasiswa keluar negeri, dsb, dsb. Banyak hal yang membuat saya mempertimbangkan apakah saya akan sekolah lagi atau tidak. Allah punya rencana agak berbeda ternyata. Saya diberi kesempatan sekolah lagi di almamater yang sama (ITB.. ITB.. ITB..) dibayar oleh kantor.
Pertamanya saya punya 4 pilihan program studi: Studi Pembangunan, Ekonomi Mineral, Manajemen Transportasi, dan Ekonomi Migas. Ekonomi Mineral sudah diambil sama Atiek, teman sekantor juga. Toh saya gak tertarik juga. Studi Pembangunan, menarik. Cuma entah mengapa tidak saya pilih. Saya sangat tertarik dengan Manajemen Transportasi. Sangat sangat tertarik. Cuma, kata bos saya, sudah banyak master di bidang ini, untuk apa menambah satu lagi padahal kenyataannya manajemen transportasi di Indonesia masih begitu-begitu saja. (Agak sedikit menyesal dengan pertimbangan ini).
Tersisalah.. Ekonomi Migas. Program studi ini ditawarkan oleh bos saya. Pernah menjadi program studi yang menarik buat saya. Tapi selintas. Salah satu teman baik saya juga mengambil prodi ini di Jakarta. Lalu apa yang membuat saya mengambil program ini pada akhirnya? Entahlah.. Huakhahahaha... Saya berpikir bolak-balik, bertanya sana-sini, berpikir lagi bolak-balik, bertanya lagi sana-sini. Tanpa tahu masa depan seperti apa yang menunggu jika saya mengambil program ini. Bismillahirrahmanirrahiim. Saya memilih prodi ini.
Sekarang, setengah semester sudah berlalu. Bagaimana? Apa kabar Mona?
LIKE HELL!!!!! Huakhahahahahahahahaha....
LIKE HELL!!!!! Huakhahahahahahahahaha....
Ternyata tak dinyana, untuk bisa menjadi master di bidang Ekonomi Migas, kita harus mengambil program Teknik Perminyakan dan melewati semester pertama dengan 4 mata kuliah wajib, yaitu: Sistem Reservoir, Teknik Pemboran dan Komplesi, Teknik Produksi, dan Manajemen Migas. 3 kuliah pertama membuat saya kelabakan. Anak TI mana belajar tentang pemboran, dsb, dsb. Saya pun tak pernah bekerja di bidang minyak dan gas. Mungkin saya satu-satunya yang ambil Teknik Perminyakan tanpa ada background perminyakan. Hehehe.. Banyak masa rasanya ingin berhenti atau menyesal atau memaki teman saya karena membuat saya jatuh di bidang ini. Banyak saat ingin menangis dan mengutuki diri sendiri dengan mengambil pilihan ini. Hell yeah!!
Banyak momen bertanya, "Kenapaaaa?!?!?"
Tapi.. seperti seharusnya layaknya manusia dewasa. Saya terpaksa berpikir, pilihan sudah diambil. Bukan pilihan teman saya, bukan pilihan bos saya, bukan pilihan orang tua saya. Semua saya. Jika harus mengutuki atau memaki, saya yang harus kena. Bukan teman saya, bukan bos saya, dan bukan pula orang tua saya. Menanamkan ini di pikiran saya, saya melangkah dengan pelan. Mungkin saya merasa di neraka karena saya antipati dengan kuliahnya. Menutup diri terhadap hal yang baru. Oh, itu sama sekali bukan Mona yang biasanya. Membuka diri lagi, belajar lagi dengan berlari, mengejar yang lain. Pelan-pelan, saya mulai mengerti kuliah ini. Walau masih banyak yang harus dikejar. Run, Mona! Run!!
Melangkah lagi ke depan dengan pelan. Ternyata teman-teman saya yang sedang ambil S2 di berbagai jurusan dan berbagai negara juga pasti mengalami fase ini. Fase dimana mempertanyakan, "Apakah pilihan yang saya ambil ini adalah pilihan yang benar?" dan sepertinya mereka baik-baik saja sampai saat ini. Jadi saya yakin saya akan baik-baik saja.
Langkah saya mulai pasti. Pada satu kuliah, saking tidak mengertinya dengan kuliah saya SMS teman saya yang juga ambil prodi yang sama, "Tell me next semester is better, please!!" dan dia menjawab, "Tenang aja, Mon. Next semester betterlah.." dan saya tahu, kalau semua akan baik-baik saja.
Masih berjuang, mencoba berlari dengan kencang, walau sering tertinggal, tapi seperti biasa, saya tahu kalau saya juga akan melewati fase kehidupan saya yang ini dengan baik-baik saya. Things do work out anyway :D
Untuk semua yang sedang mengalami fase kehidupan yang sama, S2, terutama yang sedang menuntut ilmu di luar negeri. Semangaaaatt!!!!!! Semoga kita bisa menjalani pilihan kita ini dengan menyenangkan. Amiin...
Untuk semua yang sedang mengalami fase kehidupan yang sama, S2, terutama yang sedang menuntut ilmu di luar negeri. Semangaaaatt!!!!!! Semoga kita bisa menjalani pilihan kita ini dengan menyenangkan. Amiin...
~ Mona Luthfina
P.S. Untuk fase kehidupan yang ini, sangat sangat banyak berterima kasih pada Bisri, si orang yang (secara tidak langsung dan tidak dia sadari) menjerumuskan saya tapi sekaligus menenangkan saya.
P.P.S. Ya ampuuunn.. baru setengah semester, Mon!!! Hahaha..
wuaah belajar pengeboraan! kalau manajemen transportasi kita bisa tooosss mon. hihi untung ga samaan jadi seru denger cerita mona :)
ReplyDeletemon kalo mau lari yang kenceng fitness dulu mon, tar kenceng deh #mintadihajarmonafeatrestu
ReplyDeleteHihihi...semangat yah mona
ReplyDeletePelukkkkk >:D<
Halo Mona, sekarang 2013, nasib kamu seperti apa skrg?
ReplyDeleteklo saya baca kamu s1 nya TI kan? Tek.industri ato informatika?
saya juga lagi mau ambil kuliah s2, pengenya seputar migas tp msh bingung jurisan apa, apalai saya s1 Tek. informatika :(
mungkin Mona bisa kasiih saran ?
Thanks
Halo Mr. Brur, akhirnya lulus juga.. :)
DeleteTeknik Industri.
Hmmm.. sarannya, pastikan memang benar-benar niat untuk S2, sebelum nyemplung. Apalagi lintas bidang.. Karena minat dan passion akan sangat membantu kelancaran kuliah.. :)
Itu kali ya..
hallo mbak mona. klo boleh tau ni sekolah S2 di negara apa?
ReplyDeleteaku lulus S1 diindo jurusan theologi islam. tpi mau ambil S2 di jerman jurusan ekonomi migas...ada sedikit nasihat nggk? mksh...
Trus sekarang kerja dimana mohon info...
ReplyDeletemba mona,kalo lintas jurusan gitu di ITB, ada matrikulasinya dulu tidak?
ReplyDelete