10.4.10

Review: Dua Perjalanan

Sudah lama tak menulis blog, jadi grogi.. hohoho.. 

Hmm.. ada apa dalam dua bulan ini di hidup seorang Mona Luthfina? Highlight-nya adalah JALAN-JALAN!! Huakhahaha... Seperti biasanya, perjalanan bagiku adalah mata kuliah wajib di universitas kehidupan. Perjalanan itu adalah mata kuliah yang dapat mengakselerasi pemahamanku akan banyak hal dalam hidupku sendiri (entah kenapa pemilihan kata-katanya agak sok keren.. huakhahaha..).

Perjalanan pertama..

Jawa Timur - Bali - Lombok. Jalan-jalan sambil bekerja, bekerja sambil jalan-jalan. Lagi-lagi dipasangkan dengan Restu. Kami berinteraksi dengan banyak orang lokal, mungkin karena cuma berdua, dengan teman pula, jadi lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lokal. 

I've learned that we, people, are limited by our knowledge. Bagaimana kita memandang masa depan, sangat ditentukan oleh apa yang kita tahu. Aku dan Restu ngobrol dengan seseorang yang nampak cerdas, namun karena ketidaktahuannya, dia tidak sadar bahwa dia sebenarnya bisa menjadi lebih baik daripada kondisi saat ini. Tidak tahu bahwa di luar Bali masih ada dunia yang jika kita cari dan tahu apa yang kita cari, kita akan mendapatkan banyak hal. Namun, di satu sisi, mungkin kondisi saat ini adalah yang terbaik untuknya dan dia bahagia karena itu. Wallahua'lam. 

Apakah wawasan dan pengetahuan itu bisa menjadi sesuatu yang membahayakan? Mungkin iya dan mungkin juga tidak. Seperti semua jawaban untuk semua pertanyaan tidak jelas macam itu. Hehehe..

Di Bali, aku diingatkan sebagai seorang muslimah. Aku melihat banyak orang Bali (baca: Hindhu maksudnya) berperilaku lebih islami dibanding muslim sendiri. Bagaimana mereka selalu mensyukuri setiap berkah, hidup dengan bersahaja, dan menjaga silaturrahmi dengan sesamanya. Kadang aku malu sendiri jadinya, karena seringkali lupa untuk bersyukur untuk hal-hal yang besar (apalagi untuk hal-hal yang kecil). 

Ternyata, lebih susah untuk berinteraksi dengan diri sendiri dibanding berinteraksi dengan orang lain. Dulu, aku dikenal sebagai The Emotional Mona. Sekarang, aku dikenal sebagai Mona Si Tukang Jeplak atau The Straightforward Mona. Njeplak, baru mikir kalo salah ngomong. Huakhahaha.. Ngomong gak pake dipikir. Bodoh sekali. Kayaknya tali kendaliku cuma punya dua ekstrim. Njeplak atau gak ngomong sama sekali. Huakhahahaha.. Di kantor, mungkin cuma Restu yang kebal (atau cuek dan gak peduli aku ngomong apa) hehe..

Perjalanan kedua...

Ho Chi Minh City, Vietnam - Phnom Penh & Siem Reap, Kamboja - Bangkok, Thailand. Murni jalan-jalan. Bersepuluh: Aku, Restu, Rara, Ayu, Atiek, Astri, Adit, Algon, Om, dan Lingga. Baru kali ini jalan-jalan bersama teman langsung bersepuluh. Sebelum pergi udah mikir, "haduh... ntar ribet di ini gak ya.. ribet di itu gak ya.." dan ternyata perjalanan ini berakhir bahagia, senang, cukup, seru, dan sangat memorable. Hehehe..

Jalan-jalan bersepuluh itu ternyata menarik. Banyak yang menjadi lebih murah karena bersepuluh, namun banyak yang jadi tidak fleksibel karena bersepuluh. Tarik ulur, negosiasi, kompromi, tenggang rasa, semua diuji di perjalanan ini. Bagaimana membuat kesepuluh orang ini menikmati perjalanan. Nampaknya kami berhasil. 

Dalam perjalanan ini, lagi-lagi aku diingatkan akan ke-njeplak-anku. Tidak semua orang bisa menerima ke-straightforward-anku. Restu ampe bilang, "Pokoknya kalo gw udah bilang ama lo, berarti lo udah keterlaluan, Mon.." huakhahahahaha..

Hmmm.. kurang lebih itu resume dari dua perjalanannya. Keduanya membuatku banyak berpikir (atau kebanyakan mikir) dan kuharap semuanya bisa membuatku menjadi lebih baik, kalau gak.. ya berarti aku gak lulus di mata kuliah perjalanan ini. Hehehe... 

~ Mona Luthfina

P.S. Hmmm.. aku sedang mencoba untuk menuliskan semuanya, tapi butuh waktu.. Hehehe.. Insya Allah masih bersambung ceritanya.. 

No comments:

Post a Comment