13.1.10

One Step Back, Two Steps Forward

I've been thinking about this lately.

Seringkali aku sangat terpengaruh oleh pendapat orang tentang sesuatu atau seseorang. Misalnya gini, mau nonton sebuah film nih.. lalu nanya ama teman, bagus gak film itu. Kata si teman, "Gak bagus, rugi banget deh.. bosen.." lalu karena pendapat dia, aku tidak jadi menonton film. Padahal kalau diterusin niat nontonnya, mungkin film itu jadi film terbaik yang pernah kutonton.

Gak cuma film, banyak hal di sekitarku yang membuatku terseret ke dalam standar orang lain. Buku, musik, selera baju, bahkan pendapat tentang orang lain yang baru akan kukenal, dsb, dsb. Sebenarnya simple sih, saat bertanya, tidak seharusnya aku menjadikan pendapat orang lain itu langsung sebagai keputusanku. Tidak seharusnya aku menafikan standarku sendiri, pendapatku sendiri.

Ini tidak pula berarti menjadikan pendapat orang lain tidak penting dalam pengambilan keputusanku. Tidak, sama sekali tidak. Cuma mungkin tidak seharusnya aku langsung ikut dengan pendapat itu juga kan.

"Film ini keren, Mon.."

"Iya keren.." padahal bingung tentang apa filmnya, karena bosan setengah mati.

"Bukunya inspiring banget, Mon.."

"Iya, aku sampai nangis bacanya.." padahal nangis karena saking gak ngerti apa isi bukunya..

"Musik ini asyik abis, Mon.."

"Iya, aku nikmatin banget lagu-lagunya.." padahal langsung tidur setiap dengar nada pertama.

Berjuta-juta kombinasi kalimat yang mungkin terjadi pokoknya. Kalau terus seperti ini, tidak cuma buku, film, musik, dsb yang jadi bias. Bisa jadi semua pilihan yang nantinya kupilih, terpilih karena orang lain memilih itu dan bukan karena aku mau dan mampu akan pilihan itu. Toh, hidup ini terdiri dari sekumpulan proses pengambilan keputusan. Kalau semua keputusan kecil (seperti membeli buku atau mau nonton film apa) dapat dengan mudahnya terseret ke dalam standar orang lain, apalagi keputusan yang besar.

Aku harus belajar untuk mundur selangkah sebelum maju dua langkah, untuk melihat sejenak apakah arah yang kuambil adalah arah yang aku butuhkan, untuk kemudian melangkah lebih jauh lagi. Tidak langsung pergi melangkah ke arah semua orang melangkah.

Toh-nya lagi, tidak semua pernyataan dan pertanyaan orang lain harus selalu diiyakan, bukan? Hehehe...

~ Mona Luthfina

P.S. I'm rambling... yasudahlah..

P.P.S. Biasanya orang bilangnya, "Two Steps Forward, One Step Back" artinya setelah kemajuan dua langkah, pasti mundur selangkah. Jadi kemajuannya sangat lambat. Daripada itu, mending "One Step Back, Two Steps Forward", mundur selangkah untuk melakukan ancer-ancer macam sprinter sebelum melangkah (bahkan berlari) dengan pesat. :D I get this term from here.

7 comments:

  1. hahaha, iya tu Mon. Sama kayak elo gue juga suka gitu. Soal film dan buku sih kebanyakan. Kalo orang udah bilang jelek, biasanya jadi males.

    Padahal kan, selera orang beda2 yak? Kejadian juga kok beberapa kali film atau buku yang kata orang jelek, ternyata menurut gue bagus. Atau yang menurut orang bagus, gue bilang jelek. Hihihi.
    Itu artinya selera gue aneh atau I'm just simply unique human ya? heuhehuehu

    ReplyDelete
  2. @yasmin: iyo, semua orang unik..

    @fajar: hiyeiiyy... gw kan gak bilang itu salah, paps.. gw cuma belajar untuk tidak menghiraukan pendapat gw sendiri.. :D

    ReplyDelete
  3. Monaaa...
    Menurut gw, blog elo ini keren bgt..
    Gw suka bgt ama blog lo..
    Terserah elo mau bilang apa, terserah pendapat lo apa,terserah mau setuju apa nggak..
    Pokonya blog elo keren bgt..

    Huehehehe..

    Peace,Mon.. :p

    ReplyDelete
  4. @fajar a.k.a paps: hayah.. thx eniwei.. huakhaha..

    ReplyDelete
  5. haha.. sebenernya fajar mau bikin kamu menghiraukan pendapatnya ya? wkkwkw..

    ReplyDelete
  6. template baru menarik, segar. :-)

    ReplyDelete