12.9.09

NGC's "Strange Days on Planet Earth"

Terkadang (bahkan seringnya), manusia dapat menjadi sangat bodoh tanpa disadari karena hal-hal yang diremehkannya. Apa memang manusia diciptakan menjadi makhluk yang insensitif terhadap lingkungannya ya?

Terlepas dari bagaimana hakikat manusia diciptakan (soalnya ini bakal panjang bahasannya, mungkin) atau bagaimana kebodohan manusia terjadi berulang kali tanpa disadari, dunia di sekitar manusia berubah dengan begitu cepatnya. Seperti semua hal yang ada di dunia, perubahan pun akan selalu ada kelebihan dan kekurangannya.

Mona, apa sih? Mbelit bener... Hehehe..

Here they go..

Di National Geographic Channel (NGC) ada serial judulnya "Strange Days on Planet Earth". Setiap episodenya bercerita tentang keadaan aneh yang terjadi di seluruh penjuru dunia dan alasan di balik kejadian-kejadian itu. Baru sekali aku menontonnya, sudah dapat beberapa informasi yang mengejutkan dan memiriskan hati. Pada beberapa titik, dapat membuat hati yang beku menjadi ingin menangis.. tsaahhh..

Di Yucatan, Meksiko, salah satu tempat wisata bahari dunia, banyak terdapat terumbu karang. Lautnya jernih, terumbu karangnya indah. Paling tidak itu dulu. Ilmuwan menemukan bahwa kondisi air laut menghangat dengan drastis, dan tidak sejernih dulu, terumbu karang pun banyak yang menjadi putih pucat karena tingkat keasaman laut yang semakin tinggi. Ok, secara teori, aku tidak begitu paham dengan kondisi ini..yang jelas semua itu dampaknya buruk. Karena terumbu karang yang pucat artinya berkurang plankton artinya berkurang makanan buat ikan-ikan artinya berkurang makanan untuk pemakan ikan (hewan dan manusia) dan pada akhirnya akan berpengaruh pada manusia juga.

Di Teluk Chesapeake, Amerika Serikat. Bandeng bergaris yang menjadi kebanggaan warga sana, banyak yang memar-memar (ok, yang tampak untukku ikannya memang memar-memar). Ternyata ikan-ikan di sana sudah terkontaminasi bakteri-bakteri yang membuat para ikan bandeng bergaris itu sakit dan sekarat. Dari uji coba para ilmuwan terhadap para ikan, 50% masyarakat ikan sudah terkontaminasi bakteri yang bisa menimbulkan TBC. Artinya, kalo para ikan itu ditangkap nelayan, dijual, dimakan, para manusia rentan terhadap bakteri TBC.

Masih di Chesapeake, banyak ditemukan bayi elang laut yang mati di pinggir pantai dengan perut yang berisi penuh dengan plastik. Ya ampun, masak induknya ngasih makan anaknya plastik sih.. But it is true.. Saking banyaknya plastik di pantai itu, sang induk elang laut sudah menganggap plastik sebagai salah satu sumber makanannya. Seperti yang kita tahu, tidak hanya elang laut saja yang mencari makanan di laut bukan.. Tapi beratus-ratus bahkan beribu-ribu spesies lain yang mencari makanan di laut.

Sad facts, but indeed very real. Apa yang mengakibatkan semua kejadian di atas? Karena sampah manusia. Yupe, semua bersumber pada satu spesies saja. Dari ribuan spesies di dunia, Homo Sapiens nampaknya benar adalah sumber semua masalah lingkungan yang paling utama. Tanpa disadari, semua masalah itu akan kembali ke manusia pula, si Homo Sapiens. Sayangnya, si Homo Sapiens ini, begitu bodohnya sehingga tidak menyadari bahwa tindakan sekecil apapun yang dia lakukan akan selalu memberikan pengaruh besar di pihak lain, walaupun pihak lainnya itu ada di beribu-ribu kilometer jauhnya. Homo Sapiens itu jelas termasuk aku.

Sudah begitu banyak blog yang membahas tentang kerusakan lingkungan, sudah begitu banyak ilmuwan yang mempelajari ini, sudah banyak demo yang menentang perusakan lingkungan. Sudah begitu banyak informasi yang kita ketahui tentang ini, lalu sampai kapan kita akan terus menutup mata atau pura-pura tidak tahu? Merasa apa yang kita lakukan (buang sampah sembarangan, memakai plastik berlebihan, dsb, dsb) adalah sesuatu yang tidak signifikan terhadap makhluk lain di belahan dunia lain? Hohoho.. kalau jawabannya masih iya, istighfarlah secepatnya..

Dulu pernah belajar di sekolah, jika rantai makanan terganggu di satu titik saja, keseluruhan rantai akan terganggu. Semua makhluk hidup di dunia akan terganggu keseimbangannya. Wajar aja kayaknya masalah di dunia ini gak ada selesainya, lah wong keseimbangannya digoyang terus-terusan.

Apakah kita sebagai manusia, khalifah yang diutus Allah untuk menjaga bumi ini, akan terus-terusan bersikap sebagai musuh bumi? Karena mau sekeras kepala apapun kita, kita sudah pasti akan kalah dalam pertarungan ini. Pada akhirnya, setelah semua spesies terancam punah dan kita seperti menang dalam pertarungan, toh kita akan terancam punah juga. Lalu, untuk apa kita bersikukuh mempertahankan ego kita kalau pada akhirnya kalah juga?

Narator di NGC berkata, untungnya, kesadaran akan masalah lingkungan ini sudah semakin meningkat di antara kita. Yeah rite, apakah cukup hanya sadar tapi tidak bertindak? Tidak sepertinya. Jadi, ya, kita harus bertindak. Tanyakan pada diri kita masing-masing, "Sudahkah kita sebagai manusia, sebagai salah satu makhluk Allah, sebagai penduduk dunia, menjalankan tugasnya sebagai khalifah yang diutus Allah untuk menjaga bumi ini?" Jika belum, mulailah, jika sudah, pertahankan dan tingkatkanlah.. Gitu kali ya..

Karena semua masalah yang aku ceritakan di atas itu cuma sebagian kecil dari semua masalah di dunia (iyalah, cuma satu episode dari banyak episodenya NGC's "Strange Days on Planet Earth"). Biarpun masalahnya jauh dari tempat kita tinggal, tapi semoga tidak menjadi jauh dari pikiran kita. Untuk direnungi, dipikirkan, dan diselesaikan.

Pertanyaan terakhir, "Sudahkah Anda tidak membuang sampah sembarangan hari ini?"

Sip ah..

~ Mona Luthfina

P.S. Tulisan yang cukup emosional. Kecewa pada diri sendiri kali ya.. sampai saat ini masih begitu tidak peduli dan merasa apa yang dilakukan tidak signifikan..

1 comment:

  1. lapor Bu Mona, hari ini saya tidak buang sampah sembarangaaan.. :p tapi andai saja pemerintah kota mau sedikit repot membuat tempat sampah yang memisahkan sampah plastik, organik dan anorganik lainnya, pasti pembuangan sampah saya akan lebih afdol

    ReplyDelete