15.1.09

Another Milestone

Sebagai anak TI [TI ITB terutama], kami didoktrin dengan standar yang tinggi dalam berbagai hal. Terutama masalah kerjaan, uang, dan pencapaian. Wuiihh... mengingat masa lalu, banyak banget hal yang membuatku merasa dalam posisi yang sangat gak percaya diri. Ditambah dengan teman-teman seangkatan yang needs of achievement-nya beyond everyone. Huakhahahahaha..

Belajar dalam kondisi itu, pastinya membuat kita terpatok oleh standar yang tinggi itu. Hmm.. tunggu dulu, benarkah standar yang kami percaya dulu adalah benar-benar standar yang tinggi? Atau karena emang kita tahunya standar-standar itu, akhirnya kita menetapkan bahwa yang kita tahu adalah yang terbaik. Hmmm..

Ternyata, salah besar teman-teman..

Kesuksesan tidak diukur dari seberapa tinggi IPK yang bisa kita dapat [jelas, aku gak masuk standar kalo ukurannya ini], tidak pula dari seterkenal apa perusahan tempat kita bekerja [ini juga jelas, lewat lagi.. haha], atau dari seberapa banyak uang yang kita punya [ok, lewat terus..], secanggih apa handphone kita [kayaknya semua standar lewat deh], atau di mana kita tinggal [kalo ini masih bisa bersainglah.. Bandung gitu.. hehe]. Kesuksesan jelas tidak diukur dari itu semua.

Sebenarnya apa yang aku bilang di atas, aku sudah tahu dari dulu, dari kecil malah. Karena kedua orang tuaku mendoktrinku dengan standar yang berbeda. Nilai kesuksesan di keluargaku sangat terkait dengan hubungan kita sebagai hamba dengan Allah. Setiap forum sarapan pagi [satu dari sedikit (yang sekarang semakin berkurang) waktu dimana Bapak, Ibu, aku, dan adek bisa berkumpul dan membicarakan banyak hal] aku dan adek selalu ditekankan bahwa dalam hidup yang paling penting bukanlah materi, label, gelar, kekayaan, dan berbagai macam hal duniawi. Namun yang paling penting adalah bagaimana kita bisa hidup dengan ridha Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan juga akhirat. 

Yah begitulah..

Setelah akhirnya terjun bebas ke dunia nyata, ternyata memang perkataan orang tua itu sangat penting untuk diingat. Melihat aku dan teman-temanku, keluarga besarku, tetangga, semua orang di sekitarku, semua orang yang aku kenal, ternyata memang kebahagiaan dan kesuksesan tidak diukur oleh materi. Kebahagiaan akan muncul salah satunya adalah ketika kita sadar bahwa kita telah mendapatkan berkah yang berlimpah, tidak iri pada apa yang dimiliki orang lain, dan sadar bahwa setiap manusia memiliki jatahnya masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. 

Karena itulah, hari ini aku akhirnya terjun ke dunia orang dewasa, mengambil keputusan sendiri dan memberanikan diri untuk membuat keputusan yang aku ambil hari ini dan siap menerima apapun konsekuensinya. Alhamdulillah. Apa itu, ya semua kebalikan dari semua ukuran kesuksesan di atas yang selama ini terdoktrin di kepala anak-anak TI ITB. Huakhahaha..

Hmmmm.. postingan ini aku tutup dengan quote yang aku dapat dari seseorang,
"Do not ever underestimate yourself by keep the expectation low. Cause you are incredible."

Sejak kecil aku diajar untuk percaya pada diri sendiri, walaupun pelaksanaannya begitu banyak cobaan [TI ITB ingat.. TI ITB.. lots of pressure.. haha..] dan hari ini aku percaya bahwa diriku memang mampu dan hmm.. I know that I AM incredible, Ben ;D

~ Mona Luthfina

P.S. Biasanya kalo udah mengambil keputusan cukup penting, suka banyak godaan. Semoga aku tahan dan tidak ngoyo dan menyesal dengan keputusan itu, kan mau jadi orang dewasa. Hehehe..

1 comment:

  1. can't agree more, Mon....

    karena gue ngalamin sendiri, apa yang menurut orang2 (keluarga,teman,dosen)itu baik untuk kita belum tentu membawa berkah kebahagiaan ntuk diri kita sendiri...

    oK contoh nyata aja deh, u know what, waktu gue jadi arsitek di singapur, gaji gue sepuluh kali lipat lebih dibanding sekarang kalo gue jadi wartawan/jurnalis/reporter/apapun lah itu namanya.... tapi trus apa?gue gak bahagia kok waktu gue jadi arsitek.... hehehehe.... ga tau kenapa gue lebih menghargai diri gue sendiri waktu gue jadi penulis, gue lebih merasa bisa menyumbangkan sesuatu untuk orang banyak lewat tulisan gue daripada gambar bangunan gue.... simpel kan, gue ngalamin sendiri yang namanya materi tuh lama2 ga berarti, kebahagiaan yang sesungguhnya itu : priceless

    anyway,good luck buat loe ya apapun keputusan elo itu..

    *sori kepanjangan hehe*

    ReplyDelete