Akhirnya, setelah 3 bulan [gak nyampe sih.. kurang seminggu tepatnya, belum dikurangi pulang ke Bandungnya, yaa 2,5 bulanlah.. Hehehe..] aku mengakhiri program ngaji di Jogja ini. Pertanyaan pertama setiap orang biasanya adalah, "Jadi, dapet apa 3 bulan di Jogja?" Apa yaaa... Kucoba untuk menjawab deh.. Hehehe...
Kalo dari sisi ngajinya ya..
1. Hafalan Qur'an bertambah. Walaupun dikit, tapi lumayanlah.. Insya Allah diterusin pas udah di Bandung.
2. Bacaan Qur'annya membagus, insya Allah dengan ngaji terus jadi lebih fasih.
3. Membuat kebiasaan baru, bangun dini hari untuk shalat Tahajud dan ngaji tiap hari.
Dari sisi lain..
Sejak dulu, Jogja adalah kota yang sangat menyenangkan dan selalu membuatku ingin kembali. Setelah 3 bulan tinggal di Jogja, aku jatuh cinta sama kota ini. Kesederhanaannya, kecilnya, keramahannya, suasananya, kotanya, semuanya. Besarnya gak jauh dari Bandung, tapi jauh lebih tenang hati dan pikiran, gak keburu-buru kayak di Jakarta. Sehari itu bisa melakukan buanyaaakkk sekali hal dan datang ke buanyaak tempat. Tidak seperti di Jakarta. Walaupun sudah bisa disebut rame, tapi masih belum serame Jakarta atau Bandung.
Selain itu, sebagai anak Bandung yang seumur hidup tinggal di kota yang cukup hedon [hehehe.. not only in a bad way, but most of all in a good way kok..] dan lulus dari institut yang terkenal dengan ke'gajah'annya, tinggal di Jogja benar-benar mengajarkanku untuk bersyukur dan qana'ah. Qana'ah, bahagia dan mensyukuri dengan apa yang kita miliki. Di Jogja aku belajar untuk meredam hasrat manusia yang tidak pernah puas.
Tinggal di Jogja juga memberikan aku waktu tambahan untuk berpikir, apa yang sebenarnya ingin kulakukan. Walaupun akhirnya masih ngambang jawabannya, setidaknya aku sudah punya bayangan ingin menjalani hidupku seperti apa. Sekali lagi dan yang terus menjadi do'aku adalah, semoga aku bisa istiqamah. :D
Ternyata memang seorang ibu itu selalu tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Kalau aku tidak menuruti apa kata Ibu, entahlah aku akan menjadi seperti apa, mungkin alumni ITB yang berkutat dengan ke'gajah'annya dan selalu tidak pernah puas. Hehehe.. Pada awalnya program ngaji ini memang menjadi semacam kontrak tak tertulis dengan Ibuku, tapi pada akhirnya, yang diuntungkan adalah aku sendiri. Hmmm...
Terima kasih Ibu :D
No comments:
Post a Comment