20.10.14

Hari ini Bersejarah

Hari ini begitu banyak rasa yang terasa, kata yang ingin dikata, dan pikiran yang terpikirkan. 

Hari ini bersejarah. 

Bukan hanya karena kirab budaya, konser rakyat, atau syukuran rakyat yang mengantar Jokowi, bahkan bukan hanya karena Jokowi. 

Bagi saya, hari ini adalah momentum perpindahan era. Serah terima tampuk kepemimpinan negeri ini bagi saya bagaikan serah terima era antar-generasi. Ini adalah waktu kami. Maka dari itu, apa yang saya lewati seharian ini menjadi lebih lebih lebih terasa bermakna.

Bapak saya bilang, "Belum juga bekerja, sudah dielu-elukan. Tunggu lima tahun, kalau sudah memberikan bukti, Bapak baru percaya."

Tentu saja banyak orang yang berpendapat seperti Bapak saya. Setiap orang tentu boleh berpendapat. Namun, sekali lagi menurut saya, ini bukan soal Jokowi menjadi presiden. Jokowi hanya sebagian kecil dari itu.

Ini bagaikan orang tua saya berkata, "Mona, Indonesia sekarang ada di tanganmu. Lakukan apa yang kau inginkan padanya. Ini saatmu."

Indonesia bukan hanya milik Jokowi. Maka dari itu, bukan hanya Jokowi yang harus menjaga. 
Indonesia bukan hanya tanggung jawab Jokowi. Maka dari itu, bukan hanya Jokowi yang harus bekerja.
Indonesia bukan hanya masa depan Jokowi. Maka dari itu, bukan hanya Jokowi yang harus berencana.

Hari ini bersejarah.

Karena hari ini, Indonesia diserahkan pada kita. Generasi kita*. Sumpah Jokowi-JK, secara tidak langsung, adalah sumpah kita juga. Kontrak kerja bagi setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dijaga.

Kita dapat melakukan apapun terhadap negeri ini. Apapun. Merusaknya, membenahinya, mempermalukannya, membanggakannya. Apapun.

Hari ini bersejarah.

Karena hari ini saya merasa era baru dimulai. Indonesia di tangan saya dan generasi saya.

Tak terasakah? Paling tidak lima tahun ke depan, Indonesia milik kita, kawan. Mau kalian apakan? Dipercayakan begitu saja pada Jokowi? Tanpa dikawal dan diawasi? Lalu, apa yang akan kau lakukan? Apa yang bisa kita lakukan?

Tidak ada yang bilang itu mudah. Jokowi pun sadar akan itu. Pertanyaannya, apakah kita sadar? Apakah saya sadar? Bahwa saat ini adalah masa kita, masa saya?

Maka dari itu, mari kita bekerja. Nahkoda kita sudah meminta kita bekerja, mari kita bekerja. 

Merinding. Semangat. Takut. Cemas. Gembira. Banyak rasa jadi satu.

Hari ini memang bersejarah.

Selamat bekerja, kawan-kawan!

Tabik, Presiden Jokowi!



Salam, 

~ Mona Luthfina


*siapapun yang merasa segenerasi dengan saya :P

No comments:

Post a Comment