6.12.13

Madiba

I have to write this..

Saya tulis postingan ini, setelah sekian lama blog ini tak tersentuh, untuk menjadi pengingat bahwa hari ini adalah hari yang sebaiknya tak terlupakan.

Hari ini dimulai dengan berita meninggalnya Nelson Mandela. Tidak banyak berita tentang wafatnya seorang tokoh dunia yang berhasil membuat saya menangis. Gus Dur mungkin salah satu dari yang sedikit itu.

Pada awalnya saya tidak mengerti mengapa berita kematian Madiba (salah satu panggilan Nelson Mandela) ini bisa membuat saya hampir tak kuasa menahan air mata ketika di dalam TransJakarta. Sempat terlintas, PMS-kah? Tapi jelas tidak. Tapi untungnya saya berhasil tidak menangis di TJ. Walaupun saya yakin wajah saya sudah berkerut-kerut dan mata saya berkaca-kaca saat membaca beritanya.

Kemudian sampai di kantor, pekerjaan dan ini itu sudah menunggu membuat saya tak sempat berpikir tentang berita ini. Sampai kembali lagi ke rumah, membuka laptop, memeriksa timeline Twitter.. dan semua hashtag, berita, video, dan tribute tentang Mandela kembali berdatangan.

Seperti yang Presiden Afrika Selatan, Presiden Zuma katakan,
"Although we knew that this day would come, nothing can diminish our sense of a profound and enduring loss."
Membayangkan bahwa Madiba menghabiskan 27 tahun hidupnya (seumur hidup saya) di penjara, lalu memperjuangkan kemerdekaan bagi negaranya. Melawan ketidakadilan. Menjadi tokoh yang diandalkan rakyatnya dengan selalu menjaga sisi humanisnya. Madiba berjuang tidak dengan senjata tapi dengan hati dan otaknya. Menyadari bahwa di dunia ini semua orang itu setara kedudukannya. Beliau adalah pejuang dan juga pahlawan. Tidak hanya bagi Afrika Selatan, tapi bagi seluruh warga dunia.

Seringkali, kemerdekaan, perdamaian, kesejahteraan, keamanan, kenyamanan, dan banyak hal yang baik lainnya disepelekan (taken for granted) terutama oleh kami, generasi muda. Karena kami tidak merasakan susahnya para pahlawan mendapatkan dan memperjuangkan itu semua untuk kami. Terbiasa untuk mendapatkan kebebasan dengan gratis, membuat kepala kami besar.

Jadi mungkin, hari ini adalah salah satu cara-Nya untuk mengingatkan saya, bahwa kita sebagai manusia harus hidup penuh dengan syukur. Saling menghargai. Saling menghormati. Meneruskan, menjaga, dan mengembangkan. Tak cuma di bibir, tapi juga dimaknai di hati. Jadi mungkin, hari ini saya menangis karena itu. Lupa bahwa di setiap kebahagiaan selalu ada kerja keras, tak hanya dari satu orang tapi mungkin ratusan bahkan jutaan orang di baliknya. Lupa bahwa udara bebas (walaupun berpolusi) yang kita hirup ini adalah hasil dari perjuangan Kakek Nenek kita. Untuk itu, kita harus menjaganya untuk anak cucu kita.

Mungkin juga saya menangis karena tersadar dari lupa. Lupa bahwa saya hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Paling tidak, untuk generasi selanjutnya. Semoga saya dapat ikut memberi andil menciptakan Mandela-Mandela lain di Indonesia.. dan mampu bercerita pada mereka bahwa di dunia ini, pernah hidup orang hebat bernama Nelson Mandela.

Saya tutup postingan ini dengan mengutip pembukaan dari konstitusi Afrika Selatan (seperti UUD-nya):
"We, the people of South Africa,
Recognise the injustices of our past;
Honour those who suffered for justice and freedom in our land;
Respect those who have worked to build and develop our country; and
Believe that South Africa belongs to all who live in it, united in our diversity."
Thank you and rest in peace, Madiba. 

Salam, 

~ Mona Luthfina

1 comment:

  1. Ini bener banget Mon,
    Kemaren pas gw ngajar Sejarah kelas VI tentang pahlawan, baru bener2 berefleksi apa sih alesan kita perlu mengenal pahlawan2 kita. Beruntungnya kita hidup di bumi merdeka, yang didapat dari darah dan air mata pahlawan kita dulu. Haha, jadi bingung ini ngomong apa.

    ReplyDelete