21.3.12

How friends grew apart..


It started from a milestone such as graduation or wedding or children or work or school.

At first, there were updates here and there.. Saying "I miss you", "I miss those moments..", "I wanna meet you.."

Then life was catching up. Suddenly there were lots of excuses not to communicate.

Maintained the friendship just from Twitter or Facebook, how s/he's living her/his life.. Occasionally you uploaded some pictures, updated some statuses, just to prove that your life is going well..

After a while, you realized that your so called 'friendship' had just become courtesy.. You stopped updating, s/he stopped updating, no-one bothered to say hello..

You just grew apart.



~ Mona Luthfina

8.3.12

Assalamu'alaikum

Disclaimer:
Saya bukanlah ahli agama. Jadi, tulisan ini dibuat semata atas hasil peresapan rasa atas topik ini saja dan sedikit browsing sana sini. Kalau ada kesalahan, mohon dibenarkan dan jika ingin bertanya lebih dalam, bisa ditanyakan ke Bapak saya. :D


"Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu."

Salam adalah doa. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu, diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga berkah dari Allah untukmu.

Jika diucapkan dengan ikhlas, salam ini adalah doa untuk orang yang kita beri salam. Bahkan ketika kita mengucapkan salam saat masuk rumah kosong pun, insya Allah ada malaikat yang menjawabnya (Hadits Tabrani).

Saya tidak tahu kenapa tiba-tiba terpikir tentang hal ini. Cuma ya, sekali topik terpicu, pikiran lain menyambut. Mempertanyakan ini mempertanyakan itu. Ikhlaskah saya selama ini mengucapkan salam, atau hanya karena terbiasa saja terucap. Lalu apakah karena terbiasa terucap, lalu salam saya gagal menjadi doa?

Paling tidak, mungkin Allah memberikan secercah inspirasi ini untuk mengingatkan dan menjadikannya catatan untuk saya, kelak, salam selanjutnya, ikhlaskanlah.. dan ketika diberi salam, ikhlas pula membalasnya. Semoga, salam kita semua didengar Allah dan diamini oleh para malaikat. Amiin.

~ Mona Luthfina

5.3.12

On Traveling

Beno beberapa kali menunjukkan sikapnya tentang traveling (terakhir adalah Jumat lalu saat bertandang ke Bandung bersama Eka). "Untuk apa kita traveling kalau semua yang kita cari dengan traveling bisa dibaca di internet?", itu kira-kira argumennya. 

Tapi memang Dhumble Beno ini tidak menikmati proses traveling sepertinya.. Padahal istrinya, Eka, sangat suka traveling.. Sayangnya, sekarang nampaknya Ibu Eka ini tertular kelakuannya Bung Beno. Entah ini kerugian atau keuntungan, bagi saya (dengan sudut pandang dan konteks waktu saat ini) sih kerugian.. Mungkin bagi mereka keuntungan.. Toh selera tidak bisa diperdebatkan (~Nda).

Blog saya, tulisan saya, opini saya.

Mengapa traveling bagi saya penting?

Satu. Saya si anak tukang mau tahu. Pikiran saya bisa liar jika tidak dibatasi. Namun, saat ini, karena sudah terlalu sering dibatasi, jadi terbatas. Mau tahu segalanya, bagi saya, semua hal itu menarik dengan caranya sendiri. Traveling membuat sifat saya yang ini terwadahi. Bagi saya hal yang baru dapat membuat mata saya berkilat. 

Dua. Saya si anak pembosan. Hal baru cuma bertahan beberapa kejap saja di otak saya. Mungkin karena pikiran dan keingintahuan yang tak dibatasi, membuat saya tidak fokus di satu hal. Mudah bosan. Tipe orang yang akan sangat mati gaya jika harus bekerja 7-5 di kantor. Traveling jelas tidak membosankan. Bagaimana bisa bosan jika kita dihadapkan tempat baru dan harus berperilaku sesuai dengan budaya setempat dalam waktu singkat. Traveling adalah kegiatan yang bersifat fleksibel, berpindah-pindah. Tidak menetap di satu tempat. Cocok untuk anak pembosan macam saya.

Tiga. Saya si anak pembaca. Saya suka membaca apapun. Buku, manusia, kota, budaya. Terlalu banyak menganalisis adalah pekerjaan saya. Terkadang saat saya muak mengobservasi, yang saya lakukan adalah mematirasakan diri. Observasi, analisis, dan merasa adalah kesukaan saya. Walaupun saya tidak pandai mengkomunikasikan hasil analisis saya, tapi saya percaya diri dengan hasil observasi dan analisis saya. Dalam traveling, wawasan saya meluas, membuat dasar bagi observasi dan analisis saya semakin kaya. 

Empat. Saya si anak semua orang. Sejak umur 3 tahun, saya sudah sering berpergian tanpa kedua orang tua saya. Dititipkan kepada Pakde, Bude, Om, Tante adalah hal biasa. Saya dididik untuk bisa menempatkan diri di manapun dan kapan pun. Bapak Ibu saya juga tukang traveling, dan Alhamdulillah-nya banyak kesempatan untuk kami sekeluarga untuk traveling, baik sendiri maupun sekeluarga. Tapi ya itu tadi, saya bukan tipe menetap. Setiap saya pergi, saya tahu saya akan kembali ke rumah (Bandung). Saya hanya pergi untuk jangka waktu pendek dan saya setiap perjalanan, saya tahu bahwa saya akan pulang. Traveling untuk saya adalah perjalanan jangka pendek, dan saya tahu saya akan pulang.

Lima. Saya si anak mandiri. Selain karena sering dilempar ke sana kemari, saya (dan adik saya) juga sering ditinggal Bapak Ibu. Ibu tidak pulang karena jaga di rumah sakit atau Bapak yang pulang setiap akhir pekan karena bekerja di Jakarta adalah kehidupan masa kecil saya. Sekolah saya hampir selalu jauh dari rumah, membuat teman-teman sekolah saya bukanlah teman-teman rumah saya. Hampir pasti, teman-teman saya kebanyakan adalah teman sekolah yang rumahnya jauh. Jadi, saya terbiasa sendiri dan mandiri. Saya terdidik untuk berusaha mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Terbiasa sendiri, yang bisa jadi ada dampak buruknya juga, tapi kali lain saja saya cerita. Traveling menuntut kemandirian sebelum kerja sama. Kita harus menjadi orang yang bisa diandalkan terlebih dahulu sebelum mengandalkan orang lain. 

Mungkin lima hal di atas yang menjadi kombinasi penting mengapa saya menganggap traveling itu penting dan perlu. Manusia bisa belajar dengan berbagai macam cara, saya belajar salah satunya adalah dengan traveling. Resep belajar saya ini jelas tidak bisa diterapkan kepada semua orang (Beno sih udah pasti gak mempan sepertinya.. hehehe.), tapi untuk saya, setahun saya tidak keluar dari Bandung akan membuat saya gila. Hehehe.. 

Alhamdulillah, tahun ini sudah dan insya Allah akan keluar Bandung beberapa kali.. :D

~ Mona Luthfina