30.6.10

Saujana dan Template Terbaru

Hai... hai... Akhirnya, setelah semalaman ngulik template dengan New Blogger Template Designer, dan ngubek-ngubek KBBI dan Kamus Peribahasa. Ini dia template terbarukuuu... Udah 6 bulan loh, sejak ganti template terakhir... yipeee...

Judulnya "saujana" artinya sejauh mata memandang.. alasannya.. sederhana, karena gambar template-nya sangat menggambarkan "sejauh mata memandang". Huakhahahahaha..

Eniwei, template blog ini yang seharusnya adalah yang seperti ini:




















dan memang.. paling cocok dilihat di monitor 1280 x 1024 piksel. Hehehe... dan ya, mungkin agak aneh melihat postingan gambar di blog ini.. tapi yasudahlah.. hahahaha..

~ Mona Luthfina

29.6.10

Sujana

su·ja·na kl n orang berbudi (bijaksana, pandai);
ber·bu·di 1 v mempunyai budi; 2 v mempunyai kebijaksanaan; berakal; 3 v berkelakuan baik; 4 a murah hati; baik hati;
bu·di n 1 alat batin yg merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk: pendidikan untuk memperkembangkan badan dan -- manusia; 2 tabiat; akhlak; watak: orang yg baik --; 3 perbuatan baik; kebaikan: ada ubi ada talas, ada -- ada balas; 4 daya upaya; ikhtiar: mencari -- untuk mengalahkan lawan; 5 akal (dl arti kecerdikan menipu atau tipu daya): bermain --
~ Kamus Besar Bahasa Indonesia

Status YM-ku dua hari ini adalah "Semoga menjadi orang yang sujana.." dan banyak yang menanyakan, apakah "sujana"? atau "Sujana? Saujana (1) kali, Mon.." Hehehe..

Pertama kali dapat kata ini dari artikel yang ditulis oleh ST. Sularto di Kompas 28 Juni 2010 dengan judul Cendikiawan Berdedikasi 2010

"Ketika kepakaran seseorang yang disebut sarjana, sujana, atau terpelajar dikenakan pada seseorang yang sudah menamatkan jenjang pendidikan, ada legalitas yang memungkinkan seseorang disebut ilmuwan." 
~ ST Sularto, Kompas 28 Juni 2010 

Ternyata, sujana tidak sama dengan saujana, sujana ternyata sama dengan berbudi. Sarjana yang sujana, sarjana yang berbudi. Hmmmmm.... iyakah aku? Sarjana yang sujana? Huakhahhahaha.. Entahlah, yang jelas tidak pernah diajarkan di kuliah manapun selama di kampus seperti apa sarjana yang berbudi itu. Paling tidak, tidak pernah secara gamblang. Ini sama seperti guru, yang sering diartikan sebagai orang yang digugu (2) dan ditiru. Maknanya menghilang sejalan dengan waktu. 

Lulus kuliah hanya menjadi sarjana saja, titik. 

Toh, tidak ada ujiannya, seperti sarjana. Tidak ada sidang khusus kepribadian mahasiswa yang menentukan lulus tidaknya mahasiswa itu untuk menjadi sarjana yang sujana. Sidang hanya untuk menjadi sarjana. Jadi, haruskah ada kuliah khusus untuk menjadi sarjana yang sujana? 

Kurasa, tidak juga. Hayah, piye iki Mona.. gak jelas.. 

Sujana bisa diajarkan secara tidak langsung. Salah satunya dari kebiasaan dan peraturan. Contoh kecilnya, mahasiswa yang telat diberi sanksi tidak boleh ikut kuliah, mahasiswa yang berprestasi mendapatkan beasiswa. 

Karena kebiasaan dan peraturan itulah, mahasiswa tanpa sadar bisa menjadi sujana sendirinya. Sehingga, walaupun akhirnya tidak jadi sarjana, paling tidak bisa menjadi sujana. Hehehehe..

Tentunya, hal ini bisa terwujud jika sistem pendidikan sudah menjadi sujana pula. Dosennya sudah sujana, rektornya sudah sujana, menteri pendidikannya sudah sujana, presidennya sudah sujana, dan tentu saja orang tuanya sudah sujana. Percuma saja mencoba mempelajari bagaimana menjadi sujana jika lingkungan tidak mendukung. Hmmmm.. banyak sekali kata sujana ini..

Loh.. loh.. loh.. nampaknya kesujanaan ini (bisa gak ya, kata sujana dipakai menjadi "kesujanaan"), meleber ke kehidupan yang lebih luas dari sekedar menjadi sarjana yang sujana. Masuk akal. Mengapa? Karena yang menguji apakah seseorang sudah menjadi sujana adalah lingkungan, masyarakat umum. Reward & punishment-nya dalam bentuk kehidupan sosial. Lalu, pada titik akhir, kesujanaan seorang manusia (tidak lagi seorang sarjana) dinilai oleh Yang Maha Kuasa. Hohohoho.. Begitu nampaknya..

Jadi, pertanyaanku kali ini adalah...

Apakah kita sudah menjadi orang yang sujana?
Apakah lingkungan kita sudah menjadi lingkungan yang sujana?

dan..

Apakah kita sudah bisa memberikan nilai sujana yang lebih terhadap orang-orang di sekitar kita? 

Semoga kita semua bisa menjadi orang yang sujana.. :D 


~ Mona Luthfina 


P.S. Postingan rambling ke sekian... huakhahhahaha.. 


Catatan Kaki (semoga tidak bau, hayah):
(1) sau·ja·na n, -- mata (memandang) sejauh mata memandang; sepemandangan mata jauhnya; ~ KBBI
(2) gu·gu, meng·gu·gu Jw v mempercayai; menuruti; mengindahkan; ~ KBBI

25.6.10

Tokoh Muda Inspiratif Pilihan Kompas

Berdiskusi tentang pembangunan bersama salah seorang sahabat (tuh, disebut lagi, Ben..) salah satu kesimpulannya adalah negara ini sedang haus kepemimpinan. Teringat liputan khusus media cetak Kompas untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda tahun lalu. Jadi, setiap hari mulai tanggal 28 Oktober - 30 November 2009, Kompas menampilkan 28 profil tokoh muda inspiratif, dari sudut pandang Kompas tentunya. Walaupun sudah setengah tahun yang lalu, tapi tak apalah ya.. Hehehe.. 

Tokoh Muda Inspiratif Kompas:
  1. Anies Baswedan - Kesadaran "Melampaui Indonesia"
  2. Anas Urbaningrum - Obsesi Perbaiki Sejarah DPR 
  3. I Gusti Agung Putri Astrid Kartika - Membangun Aspirasi dari Pedesaan 
  4. Pramono Anung Wibowo - Berpolitik Setelah Mapan Berbisnis
  5. Yudi Latif - Menjaga Modal Demokrasi Indonesia
  6. Fadli Zon - Demokrasi yang Perlu Dievaluasi
  7. Edy Prasetyono - Menerobos Kebuntuan Penguatan Pertahanan
  8. Ester Indahyani Jusuf - Penegakan HAM, Tak Mungkin Mundur Lagi
  9. Topo Santoso - Membangun Pelindung Demokrasi
  10. Eko Prasojo - Bebaskan Birokrasi dari Kooptasi Politik
  11. Saldi Isra - KPK Ambruk karena Didesain Ambruk
  12. Teten Masduki - Perang Panjang Melawan Korupsi
  13. Zannuba Arifah Chafsoh Rahman - Ujian Politik "Darah Biru"
  14. Zuly Qodir - Mengelola Keberagaman Indonesia 
  15. Budiman Sudjatmiko - Optimisme untuk Membangun Indonesia yang Lebih Baik
  16. Yuddy Chrisnandi - Indonesia Perlu Pemimpin Autentik
  17. Ifdal Kasim - Generasi Baru Penegakan HAM
  18. Yusuf Chudlori - Menjaga Benteng Terakhir
  19. Chalid Muhammad - Perjuangan Kritis untuk Lingkungan Hidup
  20. Anis Matta - Menjadi Penguasa Belum Tentu Memimpin
  21. Nurul Arifin - DPR Jangan Pasang Badan bagi Penguasa
  22. Usman Hamid - Mengalir Menuju Muara yang Sama
  23. Dradjad Wibow - Demi Pembangunan yang Berkeadilan
  24. M. Fadjroel Rachman - Mimpi Negeri Tanpa Korupsi
  25. Budhy Munawar Rachman - Menyemai Kebebasan Beragama
  26. Masruchah - Kesetaraan Perempuan dan Kemajuan Bangsa
  27. Bivitri Susanti - Mimpi Dewan yang Transparan
  28. Firmanzah - Pentingnya Konsep Manajemen Politik 

~ Mona Luthfina

21.6.10

I don't care

Pernahkah mengalami fase, "Aku tidak peduli dengan siapapun dan apapun yang terjadi di sekitarku?"

Aku pernah.. sedang mengalami malahan..dan sudah berbulan-bulan sepertinya..

Kemarin, salah seorang sahabatku menikah dengan sahabatku yang lain.. Di pernikahan mereka, banyak teman-teman lamaku yang datang. Biasanya, yang kulakukan adalah melakukan perbincangan (yang sering dikatakan sebagai basa-basi, tapi yang basa-basi ini justru yang mengikat silaturrahmi) seperti ini..

"Haiii.. apa kabar?"

"Dimana sekarang? Masih di ................. (sebut nama perusahaan)"

"Kapan nyusul?" (nyusul menikah seperti pengantin yang lagi di pelaminan)

"Si ........ kemana? Kok gak kelihatan?"

"Lagi sibuk apa sekarang?"

"Denger-denger mau resign, kenapa?"

"Katanya ambil S2, ambil apa? Dimana? Kenapa?"

dan setelah semua pertanyaan itu dijawab, pindah ke teman yang lain dan mengulang kembali pertanyaan yang sama. Hahahaha..

Tapi, kemarin tidak. Aku tidak banyak melakukan itu. Kenapa?

Karena aku sedang dalam fase "I don't care" (mengutip perbincangan dengan sahabatku yang lain lagi). Seperti kedua sahabatku yang menikah kemarin, pada akhirnya, yang paling kita pedulikan dan yang paling peduli dengan kita adalah pasanganmu dan keluarga terdekatmu.. Aku percaya dengan istri/suamimu pada akhirnya adalah sahabat terbaikmu (sila didebat, ben..).. Saat ini, tidak ada pasangan yang harus kupedulikan dan tidak banyak hal yang sedang kupedulikan. Bahkan aku mungkin tidak sedang peduli dengan diriku sendiri..

Mati rasa. Sedang mencari penyebabnya untuk bisa kubenci karena aku tidak suka fase ini. Huakhahahaha.. (ketawa ala nenek sihir). Hmmmm.... kira-kira apa ya?

~ Mona Luthfina

11.6.10

Satu Jam Saja

Sewaktu kuliah dulu, ada seorang dosen yang memberikan artikel ini kepada semua mahasiswanya. Termasuk aku. Hari ini teringat kembali tentang artikel itu.. rasanya masih relevan, walaupun artikel ini dibuat 5 tahun yang lalu..

---

SATU JAM SAJA
Oleh Anang Zaini
Guru Besar ITB 

Suatu kisah klasik yang mungkin bisa mengilhami Inpres No.10/2005 tentang "penghematan Energi" dari dua anak yang melaksanakan amanah ayahnya yang meninggal. Amanahnya ialah: supaya kedua anaknya kalau pergi ke tempat kerja janganlah kena matahari dan jangan lupa makan ikan setiap hari.Anak pertama melaksanakan amanah ini dengan membuat koridor yang dibangun sepanjang jalan dari rumah sampai ke tempat kerjanya untuk menghindari panas matahari dan dia tak lupa makan ikan tengiri setiap hari. Tapi, kemudian dia jatuh miskin. Sebaliknya anak kedua menjadi kaya raya. Dia berbeda pelaksanaannya. Dia berangkat pagi-pagi sebelum matahari terbit dan baru pulang setelah matahari tenggelam sehingga tidak kena terik matahari dan setiap hari makan ikan teri supaya hemat.

Satu amanah dengan dua interpretasi yang berbeda dan memberikan hasil yang beda. Anak pertama menjadi miskin karena penafsiran yang naïf dan boros, sedangkan yang kedua menjadi kaya karena berfikir kreatif dan cerdas.

Demikian pula dalam kenyataan Inpres No.10/2005 dilaksanakan dengan bermacam-macam interperetasi. Yang paling gampang interpretasinya ialah mematikan semua lampu pada waktu malam. Ada yang pergi ke kantor menunggang kuda. Ada yang melarang atau membatasi kegiatan yang berhubungan langsung dengan energi atau BBM. Penghematan yang diartikan hanya mengurangi atau menghilangkan tanpa dasar yang rasional dapat memberikan dampak negatif terutama dalam jangka panjang.

Presiden Susilo Bambang Yudhojono mengatakan bahwa bangsa Indonesia sangat boros energi dan juga Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa Indonesia memakai 2 kali energi untuk kegiatan yang sama. Sasaran pemerintah sekarang ini adalah menghemat energi.

Mengingat bahwa energi memiliki peran yang sangat besar pada semua sektor ekonomi dan kehidupan bangsa Indonesia ini. Ada baiknya, Inpres ini yang memiliki prinsip "Semangatnya mengurangi kenyamanan, tetapi tidak meninggalkan kegiatan ekonomi" dapat dijadikan dasar "gerakan effisiensi nasional." yang berkaitan dengan semua sektor. Effisiensi nasional dan produktivitas kita sangat rendah dan sangat prihatin sehingga daya saing pun rendah. Effisiensi dapat ditingkatkan dengan menyederhanakan, subsitusi, membuang yang tak perlu, memanfaatkan teknologi, menggabung kegiatan yang sama dan lain-lain, tetapi tujuan atau fungsinya tetap tercapai. Dalam era globalisasi, kita dituntut untuk terus untuk lebih efisien, harga murah, mutu yang tinggi dan waktu pengiriman yang cepat. Dalam dunia tekstil yang, mengalami saingan sangat berat, dituntut waktu pengiriman 17 hari yang tadinya diizinkan waktu pengiriman 3 bulan (90 hari). Begitu pula produktivitas pekerja sangat rendah meskipun upah yang sangat rendah ($0.25 per jam) dibandingkan dengan pekerja Jerman yang upahnya $25 per jam atau 100 kali upah Indonesia. Sehingga ada joke, yaitu orang Jepang kalau kerja berkeringat karena mereka adalah pekerja ulet, tetapi sebaliknya orang Indonesia berkeringat sewaktu makan saja.

Sebetulnya banyak contoh untuk meningkatkan efisiensi dalam kehidupan kita sehari-hari dan hampir semua orang pernah melihat atau mengalaminya. Mungkin kita tak pernah menghitung harga lubang ditengah jalan yang diameternya sekitar 50 cm? Kalau kita isi lubang itu dengan aspal, maka nilainya adalah adalah sekitar tidak lebih dari Rp 20 ribu. Tapi kalau kita biarkan, maka nilainya lebih dari Rp100 juta atau 5.000 kali. Nilai ini dihitung dengan adanya antrian yang panjang, kecelakaan, atau kerusakan kendaraan-kendaran karena masuk lubang.

Kita simak lebih jauh lagi. Suatu berita di koran Tempo atas hasil survai mengenai bangsa yang banyak bangun pagi-pagi. Bangsa Indonesia dan juga Vietnam termasuk jago bangun pagi. Tentu ini membanggakan dari kaca mata Indonesia. Tetapi kalau dilihat dari pandangan orang Malaysia dan Singapura, mereka akan mengatakan belum tentu. Mereka akan bertanya: rata-rata jam berapa bangsa Indonesia itu bangun pagi? Kalau dijawab jam lima pagi. Maka mereka akan mengatakan: itu sudah siang. Jam lima Indonesia itu adalah jam enam pagi di Malaysia dan Singapura. Jam mereka menunjukkan satu jam lebih cepat dari jam Indonesia pada saat yang sama. 

Oleh karena itu sewaktu terjadi "Black Monday" yang melanda pasar saham di Amerika Serikat, maka pasar modal di Malaysia dan Singapura sudah bereaksi cepat dan kerja keras, tetapi Indonesia masih tidur. Apalagi Jepang dan Hongkong sudah mengetahui sebelumnya.

Kalau kita lihat bagaimana orang Eropa berkaitan dengan jam yang mereka ikuti. Cukup menarik. Setiap tahun, jam diubah dua kali, Pada musim dingin, jam digeser kedepan satu jam atau dipercepat satu jam pada setiap tanggal 31 Oktober. Jam yang menunjukkan jam 6 pagi (atau jam 12 siang di Indonesia) diputar kearah jam 5 pagi dengan waktu yang baru (tetapi jam Indonesia tetap jam 12 siang di Indonesia). Artinya secara gampangan, orang Eropa disuruh tidur satu jam lagi karena matahari belum terbit pada jam 6 pagi waktu yang lama. Tetapi sebaliknya pada musim panas, pada tanggal 31 Maret, jam digeser ke belakang, artinya yang tadinya jam 10 malam diubah menjadi jam 9 malam waktu baru. Mereka akan tidur lebih cepat satu jam. Pergeseran-pergeseran ini disengaja dibuat sehingga waktu kegiatan memberikan dampak yang cukup besar bagi penghematan listrik dan kehidupan mereka.

Singapura apalagi Malaysia terletak sebelah timur Indonesia. Tetapi mereka memiliki waktu lebih awal dari Indonesia. Jam 6 Malaysia dan Singapore sama dengan (=) jam 5 Indonesia. Jam 6 Malaysia dan Singapura = jam 5 Indonesia. Artinya dalam saat yang sama orang Indonesia merasa pagi-pagi sekali dan masih tidur, tetapi orang Malaysia dan Singapura harus bangun karena sudah jam 6. Tetapi bila jam Indonesia digeser satu jam saja atau bila jam 5 kita geser menjadi jam 6 juga, yaitu sama dengan Malaysia dan Singapura. Jam 6 Malaysia dan Singapura = jam 6 Indonesia, maka orang Indonesia dalam saat yang sama sudah bangun seperti orang Malaysia dan Singapura.

Dengan satu jam saja, kita telah mengubah pola hidup kita. Matahari akan terbenam jam 7, bukan jam 6. Jadi bila kita biasa tidur jam 9 waktu yang baru, maka sebenarnya tidur lebih awal yaitu jam 8 waktu yang lama. Jadi suatu penghematan listrik yang sangat besar. Kantor-kantor dan toko swalayan akan tutup satu jam lebih cepat.

Begitu pula kehidupan sosial berbeda.dan positif . Keuntungan dari sudut global berupa memperoleh informasi lebih awal dan pembuatan keputusan terhadap perubahan- perubahan strategis. Perubahan "Satu Jam Saja" ini memiliki potensi penghematan yang luar biasa. Dugaan kuat penghematan lebih dari Rp satu trilyun pertahun.". Ini adalah suatu terobosan yang menjanjikan untuk penghematan energi dan memberikan dampak positif yang luas dan untuk jangka panjang.

---

 ~ Mona Luthfina

P.S. Aku lupa media apa yang mempublikasikan artikel ini, aku cuma ingat judulnya dan penulisnya.. googling, dapetnya di sini. Hohohoho.. 

6.6.10

Oil Spill in The Gulf of Mexico



Burung pelikan berbalut minyak di pantai East Grand Terre Island di Barataria Bay, LA


Burung camar, masih hidup tapi sudah gak keliatan lagi karena tertutup minyak, juga di East Grand Terre Island di Barataria Bay, LA


Salah satu burung yang diselamatkan..



Awfully beautiful.. Tumpahan minyak di Teluk Meksiko, dilihat dari atas..

Aku bukanlah pecinta binatang, namun melihat penderitaan hewan-hewan itu.. tak kuasa ingin menangis..

Mari berdoa untuk para hewan, biota laut, semua makhluk hidup (termasuk manusia) yang menggantungkan hidupnya di teluk ini, baik langsung maupun tidak langsung. Semoga semua masalah ini cepat ditemukan penyelesaiannya, dan dibuka jalan terbaik untuk semua pihak.. Amiin..

~ Mona Luthfina

P.S. Full coverage about this gulf oil spill can be read here, the pictures are from here..
Posted by Picasa

4.6.10

Live Curious



This is the newest National Geographic Channel's commercial.. I love this..

NGC sedang mengkampanyekan "Live Curious", yes.. we have to live curious... :D :D :D

If you are, you breath.
If you breath, you talk.
If you talk, you ask.
If you ask, you think.
If you think, you search.
If you search, you experience.
If you experience, you learn.
If you learn, you grow.
If you grow, you wish.
If you wish, you find.
If you find, you doubt.
If you doubt, you question.
If you question, you understand.
If you understand, you know.
If you know, you want to know more...
And if you want to know more, you are alive...

~ Mona Luthfina