29.4.10

Dududu...

Salah satu hal yang bikin aku kangen sama sahabat-sahabatku di TI 2003 adalah sepertinya mereka adalah orang-orang yang mengerti aku aslinya kayak apa.. Paling tidak, aku tidak perlu pakai topeng apapun di depan mereka.. hahahaha.. salah lainnya adalah mereka siap kapan pun untuk dipeluk (cewek ya.. cewek...) tanpa harus ada alasan apapun... hohoho...

Kangen...

~ Mona Luthfina

25.4.10

Cantik dan Mulia

Pagi hari ini, sarapan di rumahku (setelah sekian lama) dilakukan di meja makan, lengkap berempat (aku, Ibu, Bapak, adek) dan kedua tamuku, Nda dan Femmy. Mungkin karena sudah lama tidak melakukan "ngobrol sambil sarapan" atau memang karena menyambut Femmy yang sebentar lagi memasuki jenjang pernikahan, keluarlah semua cerita Ibu pagi ini. 2 jam saja.. hehehe..

Inti dari pembicaraan itu adalah bagaimana kita sebagai para wanita, calon istri, calon ibu, bisa menjalani kehidupan sebagai istri, ibu, dan wanita yang mulia. Random topiknya, dimulai dari cerita-cerita saat aku kecil sampai bagaimana menjadi ibu yang baik. Hari ini aku tidak akan menjelaskan tentang apa yang ibuku bicarakan tadi pagi. Tapi tentang perjalananku menjadi salah seorang wanita yang harapannya bisa mulia, memuliakan, dan dimuliakan, tentunya dari sudut pandangku. Ya sekalian mumpung masih dalam bulan Kartini. Hehehe..

Beberapa hari ini sering sekali membahas tentang peran wanita dalam rumah tangga. Sepertinya Allah sedang memberikan kesempatan padaku untuk mengingat kembali semua pelajaran yang sudah kudapat, sebelum diuji langsung di lapangan (dalam mata kuliah: Menjadi Ibu Rumah Tangga. Hehehe..).

Aku tidak mendapatkan kuliah ini di kampus, di sekolah, atau di institusi pendidikan manapun, jika ada pun, sangat sedikit jumlahnya. Aku tidak pula seseorang yang rajin mengikuti perkembangan emansipasi wanita di manapun berada, atau ikut-ikutan menjadi feminis, tidak pula itu. Aku juga tidak begitu tahu bagaimana perempuan lain belajar menjadi wanita mulia. Aku pun belum memahami dengan dalam tafsir ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan wanita. Tidak semua itu.. Aku hanya perempuan biasa yang belajar setiap harinya di universitas kehidupan, berusaha dan berdoa untuk lulus menjadi wanita shalehah, mulia, dan cantik di depan Allah. Amiin..

Nah, lalu darimana aku bisa ingat semua pelajaran itu? Setelah diterawang-terawang *hayah*, aku mempelajarinya tanpa sadar. Ibuku yang mendidikku langsung. Ibuku belajar dari ibunya, nenekku. Tidak dengan kata-kata, "Mona, Mona harus menjadi wanita begini, begitu, blablabla.." tapi dengan perilaku. Sejak kecil hingga aku hampir seperempat abad. 25 tahun dan masih terus konsisten memberikan contoh bagaimana menjadi seorang wanita mulia. Wuihh... memang tidak akan ada guru dalam mata kuliah ini yang mampu untuk mendidik kita seperti itu selain ibu kita sendiri. 

Aku mungkin tidak akan ingat kata per kata yang Ibu ucapkan tadi pagi, bagaimana menjadi ibu, bagaimana mengatur rumah tangga, dan sebagainya. Tapi aku yakin, pada saatnya aku bimbang dan gamang dalam peran itu, aku akan bertanya, "Apa yang akan Ibu lakukan jika ada dalam posisiku?" dan insya Allah aku akan tahu jawabannya. 

Begitu hebatnya peran seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga mereka tidak memerlukan ratusan atau ribuan kata untuk menjadikan anak mereka menjadi manusia mulia. Mereka (para ibu) dengan kegigihannya, keuletan, dan konsistensinya, mendidik anak-anak mereka dengan cara menjadi wanita yang mulia itu sendiri seperti ibu mereka dan ibu dari ibu mereka sebelumnya.  

Ibuku adalah wanita yang mulia dan cantik di depan Allah, begitu pula ibu dari ibuku. Semoga Allah menjadikanku semulia dan secantik mereka. Amiin... 

~ Mona Luthfina

P.S. Untuk para wanita mulia di seluruh dunia.. Semoga Allah menjaga dan menyayangi selalu. Amiin..
P.P.S. Postingan kali ini kembali ke gaya Mona bukan gaya Nda lagi... melow-nya distop dulu... huakhahaha.. 

21.4.10

Pada Suatu Malam

Kudengar kau memanggilku, aku menoleh dan kulihat kau meninggalkan sebuah tas di pinggir jalan dan secarik kertas di atasnya. Lalu kau pergi meninggalkanku, menjauh dariku, sambil menoleh ke belakang dan tersenyum padaku. "Ok", katamu.

Kulihat tas itu, dan kubaca kertas itu. Kubaca tulisan ruwetmu, isinya adalah petunjuk darimu. Aku kau suruh untuk ikut permainanmu. Ikuti petunjukmu dan temukan dirimu di titik akhirnya. Apa-apaan ini. Namun nampaknya tak ada lagi yang bisa kukerjakan, akhirnya aku mengikuti petunjukmu dan kumenemukan dirimu di akhir permainan.

Ya Allah apa maksudnya mimpi ini.. begitu nyata tapi begitu aneh.. hehe..

~ Mona Luthfina

P.S. Aku merasa seperti Nda, menulis seperti ini.. hahahaha...  

19.4.10

The World Is Just Awesome!!!

Udah lama gak lihat iklan ini, semalam lihat lagi di Discovery Channel... hohoho.. The world sure is just AWESOME!!!! I love the whole world.. Boom-de-ah-da.. Boom-de-ah-da..


(Dialogue)
Astronaut 1: It never gets old, huh?
Astronaut 2: Nope.
Astronaut 1: It kinda makes you want to...
Astronaut 2: Break into a song?
Astronaut 1: Yep. 
  

I love the mountains,
I love the clear blue skies
I love big bridges   
I love when great whites fly   
I love the whole world   
And all its sights and sounds   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da (twice)   

I love the oceans   
I love real dirty things   
I love to go fast   
I love Egyptian kings   
I love the whole world   
And all its craziness
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da (twice)   

I love tornadoes   
I love arachnids   
I love hot magma   
I love the giant squids   
I love the whole world
It's such a brilliant place   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da (repeating until fade)

...dan ini yang versi Tahun 2009... Boom-de-ah-da.. Boom-de-ah-da..



(Astronauts still singing refrain from last commercial)
Astronaut 1: Man, I cannot get that song out of my head.
Astronaut 2: Totally, I’m going again.
(Melody begins, astronauts begin to sing)
Astronaut 2: I love the mountains,
Astronaut 1: I love the sun so bright.  
 

I love crustaceans,   
I love the stars at night.   
I love the whole world,   
So many things to see.   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da,   

I love to catch fish,   
I love the lemur eyes.   
I love the future,   
I love when humans fly.   
I love the whole world,   
No place I’d rather be.   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da,   
(spoken) Still dirty, still loving it.   

I love to blast off,   
I love adrenaline,   
I love the big bang,   
I love where air is thin.   
I love the whole world,   
And being part of it.   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da,   
Boom-de-ah-da, boom-de-ah-da, boom-de-ah-da. (Repeat until fade)

~ Mona Luthfina

11.4.10

Banci Foto

Pergi bertamasya bersama sembilan orang lainnya, tak terbayang berapa buah foto yang diambil. Pergi berdua aja bisa habis 600 foto satu kamera. Tamasya (tsaaahh...) yang lalu ini kamera yang kami bawa ada 5. Kameraku, kamera Restu, kamera Astri, kamera Ayu, dan kamera Atiek. 5 kamera untuk 10 orang. Huakhahahaha... Kameraku saja, habis 1280 foto belum dari kamera anak-anak yang lain.

Di antara sepuluh bocah-bocah ini, aku nampaknya yang paling gak banci foto (huakhahahaha... males bener statement-nya).. dan memang mood jadi tukang foto saat itu lebih tinggi dibanding jadi objek foto. Alhasil, fotoku yang paling sedikit nampaknya.. Walaupun sekarang jadi sedikit menyesal, "KENAPA GW GAK BANCI FOTO SIH KEMARIN!!!!" Iri dengan foto anak-anak yang buanyaak.. hehehe..

Ini salah satu foto favoritku.. Para bocah sembilan ini bergaya macam paduan suara di depan katedral Notredame di Ho Chi Minh City. Huakhahaha.. Picture taken by me.

Kalau dilihat-lihat, turis-turis atau traveler dari negara lain itu tidak terlalu banyak berfoto-foto ria macam orang Indonesia kayak kami. Mereka foto di satu tempat, lalu sisanya foto onjek-objek wisata. Kalaupun banyak foto, kebanyakan cuma satu gaya. 

Lah, kita.. Misalkan pergi berbanyak (macam kami kemarin), satu tempat ada banyak spot, masing-masing spot harus foto, sekali foto minimal 2 gaya. Foto sendiri, foto berdua, foto ceweknya aja, foto cowoknya aja, foto gabungan, foto gaya mirip patung, foto gaya iklan-iklan majalah, banyak gaya dah intinya.. Huakhahahaha...

Kalau gak salah ingat dan gak salah dengar, ada temanku yang bilang gini kemarin..

"Gw gak peduli dengan sejarah dan ceritanya (dari objek wisata itu) yang penting foto-fotonya.. Lagian, sejarahnya bisa cari di internet.."

HUAKHAHAHAHAHAHA...... bener-bener..

Bener gak ya hipotesisku, orang Indonesia pada umumnya lebih peduli untuk difoto dibanding mencari tahu ada cerita apa dibalik suatu objek wisata. Difoto bisa diartikan pembuktian bahwa dia sudah mencapai tempat itu. Sama kayak nulis "Mona was here" di tembok Borobudur misalnya (misal loh...)

Ini sama kayak, kenapa orang Indonesia terkenal suka belanja, mau itu di Asia Tenggara, di Eropa, di Arab, ampe di Pasar Baru Bandung. Huakhahahahaha... Kalau yang ini kayaknya karena orang Indonesia itu punya budaya bawa buah tangan dari mana pun dia berkunjung.. Kalau gak bawa oleh-oleh jadi kesannya sombong.. Hohoho... (ini aku njeplak..)

Adakah yang tidak suka difoto dan tidak suka belanja? Hohoho..

~ Mona Luthfina

10.4.10

Njeplak

Njeplak. Tidak ada artinya kalau kucari di KBBI. Tapi kata Ibu, njeplak itu artinya asal ngomong. Maksudku sebenarnya adalah straightforward. Namun lagi merasa batas antara njeplak dan straightforward itu sangat tipis. Huakhahahaha.. 

Ada dua ekstrim dalam pemberian pendapat atau komentar ala Mona Luthfina. Bicara atau tidak bicara sama sekali. Cuma ternyata, tidak semua orang mau dan mampu, sanggup dan rela untuk diperlakukan seperti itu. Sebenarnya, kalau tahu caranya sih straightforward tidak akan terasa sangat menyakitkan, atau paling tidak tidak bisa terasa menyakitkan. Tapi ya itu tadi.. tipis bener bedanya antara straightforward dan njeplak. Inilah yang sering terjadi padaku..

Mona: "Kenapa sih lo harus begini... bla.. bla.. bla..."
Teman: (buset, si Mona gak sopan, marah ah..)

atau

Mona: "Menurut gw mendingan kita begitu aja.. bla.. bla.. bla.."
Teman: (duh gak enak jadinya, ah gw diem aja..)

atau

Mona: "Kalau kata ini kan begini.. bla.. bla.. bla.."
Teman: (bla.. bla.. bla...)

Jadi tak habis pikir.. Kalau seperti ini kadang pilihan tidak bicara adalah pilihan yang lebih mudah. Sigh... Memang sih, seringkali, caraku untuk menjadi straightforward salah.. atau pemilihan kata yang kuambil tidak tepat. Akhirnya, njeplak-lah yang lebih sering terjadi. Aku akui seringkali kesalahanku di sini.. Sigh..

Satu lagi.. karena aku sangat straighforward, aku berusaha untuk menerima segala bentuk ke-straighforward-an semua orang terhadapku. Alhasil adalah semua kritik langsung masuk tak tersaring, kadangkala sampai pada satu titik dimana aku merasa tidak ada yang benar semua yang kulakukan.. Yeah, dikritik dan di-straightforward-kan itu memang tidak seenak yang kupikirkan. Huakhahahaha...

Jadi polanya begini...

Berniat untuk straightforward - jadinya malah njeplak - ada teman yang tersinggung atau marah atau kecewa - di-straightforward balik (kritik saran, takda pujian) - jadi merasa salah dan bodoh - rendah diri - kecewa sama diri sendiri - njeplak lagi.. Sigh.. lingkaran setan, tak berujung..

Tak adakah yang berminat untuk memberikan pendapat atau komentar positif padaku? 

*minta dipuji banget, untuk menaikkan harga diri dan kepercayaan diri.. Huakhahahaha.. murah bener... so desperate..

Ah, sudahlah... kadang tidak bicara adalah pilihan yang lebih baik (paling tidak lebih mudah.. ) dan menjadi seseorang yang straighforward itu butuh usaha keras dan banyak kebijaksanaan. Artinya, aku harus menjadi lebih bijaksana. Amiiinn..

~ Mona Luthfina

P.S. Postingan yang sangat desperate.. 

Itinerary: Jawa Timur - Bali - Lombok - Sumbawa

Sedikit informasi yang bisa dipakai kalau ada yang mau ke Jawa Timur, Bali, Lombok, dan atau Sumbawa (baru sampai Sumbawa Besar aja sih). Aku pergi ke daerah-daerah ini bareng Restu pertengahan Februari sampai awal Maret yang lalu. Itinerary ini untuk perjalanan kerja (sekalian jalan-jalan), list yang di bawah ini hanya salah satu pilihan dari banyak pilihan yang ada. Kebetulan aja pas kami ke sana, pake itinerary ini. Jadi, silakan diatur-atur sesuai dengan preferensi masing-masing..  

Jawa Timur
  1. Bandung - Surabaya pakai kereta api Turangga jam 19.00, tiketnya Rp 210.000,- per orangnya kalau lagi low season (kalo lebaran misalnya, pasti bisa ampe 300ribu).
  2. Sewa mobil di Fortune Rent Car, Xenia Rp 350.000,- per hari (sudah termasuk supir).
  3. Jember - Bali bisa naik Cipaganti Travel (di Jatim, Cipaganti udah ada di Surabaya, Malang, Jember. Antar ketiga kota itu dan menuju Bali dari ketiga kota itu bisa semua), Rp 135.000,- per orang. Perginya jam 19.00 WIB dijemput di tempat masing-masing, sampai Denpasar kira-kira jam 04.30 WITA. Biaya sudah termasuk snack, makan malam, dan penyeberangan.
  4. Di Surabaya menginap di Hotel Sulawesi Kertajaya, Rp 225.000,- per malam. Bersih, baru, murah. Lokasi di daerah Gubeng Kertajaya dan dekat dengan stasiun Gubeng.
  5. Di Malang menginap di Hotel Kartika Graha. Bintang 3 tapi udah lama. Rp 350.000,- per malam.
  6. Di Malang juga bisa menginap di Urgent Hotel. Sistem hotelnya itu mirip AirAsia. Bayar yang diperlukan. Basic rate-nya Rp 175.000,-, kalau butuh handuk tambah Rp 5.000,-, sarapan tambah Rp 15.000,- dsb sesuai kebutuhan. Lokasinya di sebelah Hotel Kartika Graha.
  7. Di Jember menginap di Hotel Sulawesi Jember. Segrup dengan Hotel Sulawesi Kertajaya, harga tidak jauh berbeda. Kamar juga bagus dan bersih.
  8. Makan, hmmm.. untuk Jawa Timur sangat mudah untuk makan. Hehehe.. 
Bali
  1. Sewa mobil, karena ada koneksi dari sepupu jadi bisa dapat harga Rp 280.000,- per 10 jam (termasuk supir, kalau dapat supirnya Mas Wayan, lebih seru lagi.. huakhahaha). Di Bali, sewa mobil biasanya per 10 atau 12 jam. Bisa juga sewa mobilnya aja (tanpa supir), kisaran harga tanpa supir sekitar Rp 150.000,-.
  2. Di Kuta, menginap di Paradiso Beach Inn. Rp 322.500,- per malam. Tapi kalau misalkan low season cari hotel murah di daerah Kuta dan Legian situ sih buanyaaakk.. seombyokan..
  3. Di Ubud, thanks to Mas Wayan (or shud I call Bli Wayan), kami bisa menginap di Teba House yang menyenangkan. Rp 250.000,- per malam untuk low season (sebenarnya masih bisa ditawar, tapi kita berdua udah malas untuk nawar. Hehehe..). Model guesthouse itu, kamarnya cuma 7, jadi sangat personal pelayanannya. Setiap pagi diajak ngobrol. Hehehe.. Tapi di Ubud banyak yang kayak gini kok.. :D
  4. Di Denpasar, menginap di Hotel Inna Denpasar, bintang 3 dan udah lama. Harganya mulai Rp 350.000,- ke atas.
  5. Makan, hmmmm.... Agak-agak tricky kalau mau cari makanan halal. Tapi di setiap kota ada kok.. minimal masakan padang :D
  6. Bali Safari & Marine Park, Rp 110.000,- per orang untuk WNI (ini harga weekdays, gak tau kalau harga weekend-nya berapa). Hewan-hewannya bahagia, worthed bangetlah bayar segitu sih.. Bisa ikut safari, lihat pertunjukan gajah, dsb, dsb. 
  7. Bali Bird Park & Bali Reptile Park. Rp 82.500,- per orang untuk WNI (ini juga harga weekdays, gak tau kalo weekend). Burung-burung banyak yang dilepas, lihat 4D Riley's Adventure, tiket terusan untuk lihat reptil (hiiiii...), menarik.
  8. Taman Ujung di Karangasem. Istana Raja Karangasem yang dibangun di atas kolam besar. Sangat bergaya Belanda. Bagus, keren, murah. Rp 5.000,- per orang kira-kira. Banyak spot foto ok.
  9. Tirta Gangga di Karangasem. Taman air raja. Unexpectedly beautiful. Hehehe.. Rp 5.000,- per orang. Sejuk dan indah.
  10. Garuda Wisnu Kencana. Rp 25.000,- per orang.
  11. Dreamland. Gratis. Cuma, not really recommended for Indonesian. Hahaha.. 
  12. Sewa motor keliling Ubud. Rp 30.000,- per motor, sesorean (2-3 jamlah kira-kira). 
  13. Cari oleh-oleh di Erlangga Denpasar aja. Fixed price, kualitas bagus, murah, beragam benda-bendanya. Ini kalo males nawar di Sukawati atau Pasar Ubud ya.. kalo emang doyan nawar sih, ya monggo.. hehe.. 
  14. Jalan-jalan di Ubud, gratis.
  15. Jalan-jalan di Kuta, juga gratis.
  16. Meet the local people, priceless. 
Lombok dan Sumbawa
  1. Di Senggigi, menginap di Hotel Mascott, Rp 350.000,- per malam. Pinggir pantai, dekat dengan keramaian dan cafe-cafe.
  2. Di Sumbawa Besar, menginap di Hotel Tambora, Rp 250.000, - per malam (kurang lebih). Tengah kota Sumbawa Besar.
  3. Sewa mobil Rp 450.000,- per hari (termasuk supir), bisa dapat yang lebih murah. Cari aja website-nya. Tidak terlalu merekomendasikan mobil yang kupakai ini, karena meheeelll.. 
  4. Di Sumbawa di sepanjang jalan bisa lihat sapi. :D
  5. Sewa boat ke tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air) Rp 450.000,- per boat yang bisa diisi sampai dengan 8-10 orang. Bisa juga sih kalo mau ke Gili Trawangan aja, naik pete-pete dari Bangsal, Rp 9.000,- per orang.
  6. Di tiga Gili itu berasa di luar negeri, isinya bule semua.. yang doyan diving atau sekedar snorkeling, monggo... :D
  7. Yang doyan ke gunung, Gunung Rinjani, gunung ketiga tertinggi di Indonesia menunggu di pulau Lombok. Asal jangan ketuker aja ama anaknya. Hehehe..
  8. Lombok itu indah karena alamnya, jadi monggo di-explore lebih jauh. 
  9. Tanjung Aan, breathtaking. Gratis.
Hmmmmm... apalagi ya.. kayaknya udah semua.. Restu, kalo ada yang mau ditambahin, langsung komen ajalah ya..

~ Mona Luthfina

Review: Dua Perjalanan

Sudah lama tak menulis blog, jadi grogi.. hohoho.. 

Hmm.. ada apa dalam dua bulan ini di hidup seorang Mona Luthfina? Highlight-nya adalah JALAN-JALAN!! Huakhahaha... Seperti biasanya, perjalanan bagiku adalah mata kuliah wajib di universitas kehidupan. Perjalanan itu adalah mata kuliah yang dapat mengakselerasi pemahamanku akan banyak hal dalam hidupku sendiri (entah kenapa pemilihan kata-katanya agak sok keren.. huakhahaha..).

Perjalanan pertama..

Jawa Timur - Bali - Lombok. Jalan-jalan sambil bekerja, bekerja sambil jalan-jalan. Lagi-lagi dipasangkan dengan Restu. Kami berinteraksi dengan banyak orang lokal, mungkin karena cuma berdua, dengan teman pula, jadi lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lokal. 

I've learned that we, people, are limited by our knowledge. Bagaimana kita memandang masa depan, sangat ditentukan oleh apa yang kita tahu. Aku dan Restu ngobrol dengan seseorang yang nampak cerdas, namun karena ketidaktahuannya, dia tidak sadar bahwa dia sebenarnya bisa menjadi lebih baik daripada kondisi saat ini. Tidak tahu bahwa di luar Bali masih ada dunia yang jika kita cari dan tahu apa yang kita cari, kita akan mendapatkan banyak hal. Namun, di satu sisi, mungkin kondisi saat ini adalah yang terbaik untuknya dan dia bahagia karena itu. Wallahua'lam. 

Apakah wawasan dan pengetahuan itu bisa menjadi sesuatu yang membahayakan? Mungkin iya dan mungkin juga tidak. Seperti semua jawaban untuk semua pertanyaan tidak jelas macam itu. Hehehe..

Di Bali, aku diingatkan sebagai seorang muslimah. Aku melihat banyak orang Bali (baca: Hindhu maksudnya) berperilaku lebih islami dibanding muslim sendiri. Bagaimana mereka selalu mensyukuri setiap berkah, hidup dengan bersahaja, dan menjaga silaturrahmi dengan sesamanya. Kadang aku malu sendiri jadinya, karena seringkali lupa untuk bersyukur untuk hal-hal yang besar (apalagi untuk hal-hal yang kecil). 

Ternyata, lebih susah untuk berinteraksi dengan diri sendiri dibanding berinteraksi dengan orang lain. Dulu, aku dikenal sebagai The Emotional Mona. Sekarang, aku dikenal sebagai Mona Si Tukang Jeplak atau The Straightforward Mona. Njeplak, baru mikir kalo salah ngomong. Huakhahaha.. Ngomong gak pake dipikir. Bodoh sekali. Kayaknya tali kendaliku cuma punya dua ekstrim. Njeplak atau gak ngomong sama sekali. Huakhahahaha.. Di kantor, mungkin cuma Restu yang kebal (atau cuek dan gak peduli aku ngomong apa) hehe..

Perjalanan kedua...

Ho Chi Minh City, Vietnam - Phnom Penh & Siem Reap, Kamboja - Bangkok, Thailand. Murni jalan-jalan. Bersepuluh: Aku, Restu, Rara, Ayu, Atiek, Astri, Adit, Algon, Om, dan Lingga. Baru kali ini jalan-jalan bersama teman langsung bersepuluh. Sebelum pergi udah mikir, "haduh... ntar ribet di ini gak ya.. ribet di itu gak ya.." dan ternyata perjalanan ini berakhir bahagia, senang, cukup, seru, dan sangat memorable. Hehehe..

Jalan-jalan bersepuluh itu ternyata menarik. Banyak yang menjadi lebih murah karena bersepuluh, namun banyak yang jadi tidak fleksibel karena bersepuluh. Tarik ulur, negosiasi, kompromi, tenggang rasa, semua diuji di perjalanan ini. Bagaimana membuat kesepuluh orang ini menikmati perjalanan. Nampaknya kami berhasil. 

Dalam perjalanan ini, lagi-lagi aku diingatkan akan ke-njeplak-anku. Tidak semua orang bisa menerima ke-straightforward-anku. Restu ampe bilang, "Pokoknya kalo gw udah bilang ama lo, berarti lo udah keterlaluan, Mon.." huakhahahahaha..

Hmmm.. kurang lebih itu resume dari dua perjalanannya. Keduanya membuatku banyak berpikir (atau kebanyakan mikir) dan kuharap semuanya bisa membuatku menjadi lebih baik, kalau gak.. ya berarti aku gak lulus di mata kuliah perjalanan ini. Hehehe... 

~ Mona Luthfina

P.S. Hmmm.. aku sedang mencoba untuk menuliskan semuanya, tapi butuh waktu.. Hehehe.. Insya Allah masih bersambung ceritanya..