21.1.10

"Tidak beli buku, Mona!!"

Beberapa hari ini status YM dan GTalk-ku adalah "Tidak beli buku, Mona!!". Sebelumnya "Book Shopping Diet, sigh.." tapi diprotes teman soalnya dia bilang, "Diet itu cuma buat makanan, Mon. Harus dibenerin nih salah kaprahnya orang Indonesia." maka kuubahlah statusnya.

Ternyata statusnya lumayan mengundang komentar. Huakhahaha.. dari yang sekedar bertanya "Mengapa?", nasehatin, "Kamu harus beli buku, Mon. Supaya kamu sering baca, supaya kalau kamu punya anak, anaknya suka baca..", bahkan sampai yang bilang, "Mon, di Gramed ada buku The Lost Symbol, bagus loh.. Beli gih.." (Paps, gw gakkan beli The Lost Symbol, gw tidak tertarik.. huakhahaha..)

Mengapa "Tidak beli buku, Mona!!"? Adalah beberapa alasan:
  1. Gak punya duit. Kalau aku ke toko buku, aku suka gak inget lagi punya duit apa enggak, hampir pasti aku akan beli buku. 
  2. Aku Book Shopaholic akut!!
  3. Buku tak terbaca, semakin menumpuk. Ingat postingan yang ini? Ndilalah, buku yang belum terbaca tidak lagi cuma 55 buku, tapi semakin buanyaaakk.. heuheuheu..
  4. Aku harus mulai mengakui bahwa beli buku tapi tidak dibaca pada akhirnya tidak akan menambah pengetahuan juga padaku. Book Shopaholic pada akhirnya sama aja sama jenis-jenis shopaholic lainnya. Hehehe... Eniwei, aku pake aja tuh istilah Book Shopaholic tanpa ngecek beneran ada atau enggak term-nya. Hehehe..
Yah, begitulah.. akhirnya akhir-akhir ini aku menghindari toko buku. Jika ke toko buku pun, banyak-banyak tarik nafas, dan banyak-banyak mikir. Hehehe... Puasa beli buku ini bukan berarti aku jadi gakkan beli buku sama sekali. Aku udah punya list buku apa aja yang mau aku beli nantinya kalau punya uang lebih. Huakhahaha..

Eh, tapi.. tapi.. tapi.. aku sedang tertarik sangat untuk beli buku He's Just Not That Into You versi bahasa Inggris pula. Sigh....

~ Mona Luthfina

P.S. Picture is from here.

20.1.10

Langit Biru dari Jendelaku

Kantorku (ini ngebahas lokasi ya..), sangat menyenangkan.

Contohnya ya.. Tadi sore aku lewat jalan setapak menuju Masjid Salman dari arah kampus, terdengar sayup-sayup suara anak unit MBWG ITB lagi latihan. Wuih, berasa kayak di film. Jalan kaki aja ada soundtrack-nya. Hehehe..

Kali lain lagi, jalan lewat taman Ganesha yang sekarang semakin rapi dan bersih. Tiap sore ada anak-anak SMU yang lagi latihan cheers atau anak-anak main, atau sekedar melihat orang yang lagi duduk-duduk sekedar menikmati hari.


Taman Ganesha. Picture is taken by me.

Lokasi yang dekat dengan kampus itu sangat menguntungkan. Seperti ada aura semangat dari para mahasiswa yang berkompetisi, bersenang-senang, berbuat kesalahan, dan belajar dari itu semua. Daerah kampus emang bikin semangat. Hehehe..  (*aku merasa lebay)

Tak hanya itu, setiap pagi di kantor selalu terdengar suara anak-anak di TK sebelah bermain dengan senangnya. Celotehan dan teriakan-teriakan mereka terdengar setiap hari, bahkan dari mejaku (di lantai 4). Menuju kantor pun merupakan perjalanan yang menyenangkan. Melewati jembatan Pasupati setiap hari, melihat Gunung Tangkuban Parahu dari kejauhan, dua menara Masjid Raya Bandung, dan juga semua rumah di lembah Siliwangi.


Langit biru di Jembatan Pasupati, pagi hari, tidak hujan. Picture is taken by me (sambil naik ojek).

Hari ini pun tak lepas dari itu. Aku bisa menikmati birunya langit setelah hujan dengan udara segarnya. Menyenangkan.

Best moment?

Menatap langit biru setelah hujan dari jendela sebelah mejaku, terdengar sayup-sayup celotehan anak-anak TK sebelah, melihat hijaunya pohon-pohon di sekitar jalan Ciungwanara, dan mendengar kumandang azan dari menara Masjid Salman. Wuihiiii... best abis.. apalagi kalau sambil minum Cadbury's Hot Choco. Hehehe...


Jendelaku (tsaaaahh.. kayak udah jadi Hak Milik aje...) dan di luar sedang hujan dengan derasnya. 
Picture is taken by me.

Kalau emang jadi pindah kantor, semua hal di atas yang bakal aku kangenin dari kantorku ini..

~ Mona Luthfina

13.1.10

One Step Back, Two Steps Forward

I've been thinking about this lately.

Seringkali aku sangat terpengaruh oleh pendapat orang tentang sesuatu atau seseorang. Misalnya gini, mau nonton sebuah film nih.. lalu nanya ama teman, bagus gak film itu. Kata si teman, "Gak bagus, rugi banget deh.. bosen.." lalu karena pendapat dia, aku tidak jadi menonton film. Padahal kalau diterusin niat nontonnya, mungkin film itu jadi film terbaik yang pernah kutonton.

Gak cuma film, banyak hal di sekitarku yang membuatku terseret ke dalam standar orang lain. Buku, musik, selera baju, bahkan pendapat tentang orang lain yang baru akan kukenal, dsb, dsb. Sebenarnya simple sih, saat bertanya, tidak seharusnya aku menjadikan pendapat orang lain itu langsung sebagai keputusanku. Tidak seharusnya aku menafikan standarku sendiri, pendapatku sendiri.

Ini tidak pula berarti menjadikan pendapat orang lain tidak penting dalam pengambilan keputusanku. Tidak, sama sekali tidak. Cuma mungkin tidak seharusnya aku langsung ikut dengan pendapat itu juga kan.

"Film ini keren, Mon.."

"Iya keren.." padahal bingung tentang apa filmnya, karena bosan setengah mati.

"Bukunya inspiring banget, Mon.."

"Iya, aku sampai nangis bacanya.." padahal nangis karena saking gak ngerti apa isi bukunya..

"Musik ini asyik abis, Mon.."

"Iya, aku nikmatin banget lagu-lagunya.." padahal langsung tidur setiap dengar nada pertama.

Berjuta-juta kombinasi kalimat yang mungkin terjadi pokoknya. Kalau terus seperti ini, tidak cuma buku, film, musik, dsb yang jadi bias. Bisa jadi semua pilihan yang nantinya kupilih, terpilih karena orang lain memilih itu dan bukan karena aku mau dan mampu akan pilihan itu. Toh, hidup ini terdiri dari sekumpulan proses pengambilan keputusan. Kalau semua keputusan kecil (seperti membeli buku atau mau nonton film apa) dapat dengan mudahnya terseret ke dalam standar orang lain, apalagi keputusan yang besar.

Aku harus belajar untuk mundur selangkah sebelum maju dua langkah, untuk melihat sejenak apakah arah yang kuambil adalah arah yang aku butuhkan, untuk kemudian melangkah lebih jauh lagi. Tidak langsung pergi melangkah ke arah semua orang melangkah.

Toh-nya lagi, tidak semua pernyataan dan pertanyaan orang lain harus selalu diiyakan, bukan? Hehehe...

~ Mona Luthfina

P.S. I'm rambling... yasudahlah..

P.P.S. Biasanya orang bilangnya, "Two Steps Forward, One Step Back" artinya setelah kemajuan dua langkah, pasti mundur selangkah. Jadi kemajuannya sangat lambat. Daripada itu, mending "One Step Back, Two Steps Forward", mundur selangkah untuk melakukan ancer-ancer macam sprinter sebelum melangkah (bahkan berlari) dengan pesat. :D I get this term from here.

1.1.10

Mona? Siapa tuh?

Tak mudah untuk menulis tentang diri sendiri ternyata, itulah mengapa aku tak pernah menulis "Tentang Mona" dengan serius. Hehehe..

Ok, what can I say about me..

Definitely a sky-lover. Seumur hidup tinggal di Bandung (kadang muak tapi kadang jatuh cinta lagi dengan kota ini) dan bermimpi untuk menjelajahi dunia dengan keliling dunia. Berusaha keras untuk selalu bahagia tapi kadang akhirnya kembali sadar bahwa kebahagiaan itu tidak boleh dipaksakan. Si sulung yang sangat butuh keluarganya namun di saat yang sama juga sangat mandiri.

Bekerja di suatu biro konsultan, tapi tidak berencana untuk selalu bekerja di sana. Menulis S2 sebagai salah satu rencananya, tapi masih belum mengerti kenapa dirinya harus S2. Selalu penasaran bagaimana rasanya hidup sebagai seorang pengusaha sukses, tapi tidak punya keberanian untuk memulainya.

Cerewet seperti perempuan pada umumnya. Membaca adalah salah satu hal yang sangat disukainya, namun sedang mengalami degradasi kemampuan membaca. Itulah mengapa dia membuat blog buku-buku yang dibaca olehnya. Book shopaholic. Berjanji untuk tidak menonton film bajakan, tapi masih sering download lagu dan TV Series. Hehehe.. Sangat suka nonton dan punya banyak serial TV favorit.

Punya account di banyak social network, tapi yang bertahan cuma Blogger (dan sesekali Facebook). Merasa menulis itu salah satu cara untuk bersantai, tapi gak mau dipaksa menulis. Ingin keliling dunia (eh, ini udah dibilangin ya), ingin punya perpustakaan, ingin menjadi ibu yang cerdas, ingin punya suami yang jago ngaji, berwawasan luas, dan ganteng di depan Allah (amiiiiiinnn.. kenceng).

Hmmm.. kayaknya udah semua, ya nanti ditambah lagi kapan-kapan. Singkatnya sih, Mona itu adalah si cewek berbadan besar dengan hati yang besar pula yang selalu memiliki mimpi yang besar pula. Hehehe..

~ Mona Luthfina

P.S. Tentang aku ini sengaja dibuat untuk tanggal 1 Januari 2010. Tahun yang baru, semangat yang baru, tentang aku yang baru. Hehehe..

P.P.S. If you need to contact me, you can contact me here