30.12.09

So You Think You Can Dance



Dancer: Jeanine Mason & Jason Glover
Choreographer: Travis Walls
Song: If It Kills Me (The Cassa Nova Session) by Jason Mraz
So You Think You Can Dance Season 5, Week 6

Beberapa minggu ini aku lagi tergila-gila dengan serial So You Think You Can Dance (SYTYCD) di Channel SET dan AXN. SYTYCD ini acara kompetisi tari di bumi Amerika sono. Menarik melihat sebuah cerita disampaikan dengan sebuah tarian. Salah satu favoritku yang ada di video di atas. Inti cerita dari tariannya adalah tentang seorang sahabat yang mencintai sahabatnya tapi gak berani menyatakan cintanya karena dia takut merusak persahabatannya. Diiringi lagunya Jason Mraz yang If It Kills Me, tarian ini membuatku menahan nafas. Sigh...

~ Mona Luthfina

28.12.09

5 Tahun seperti Kemarin

Pada suatu sore di Semarang,
"Kita sering merasa 1 Januari 2005 itu kayak kemarin, tapi beberapa hari lagi, hari itu sudah 5 tahun yang lalu. Pada akhirnya, hari berganti hari itu cuma seperti lembaran waktu saja. 10, 15 tahun lagi pun akan terasa seperti itu." ~ Ust. Bunyamin Dahlan

Pada saat Ust Bunyamin mengucapkan kalimat itu, aku cuma mengangguk-angguk. Tapi semalaman tak hilang kalimat itu dari pikiran. Maknanya bisa dua, bisa "santai saja, nikmati hidupmu.." atau justru "hei, jangan sia-siakan waktumu karena tak terasa akan berlalu dengan cepatnya". Aku condong ke makna yang kedua.

Dalam 5 tahun, apa saja yang sudah terjadi? Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Kalau dulu aku bisa dengan mudah curhat ke siapapun dan mendapatkan jawabannya, kali ini entah kenapa kayaknya tidak bisa seperti itu lagi. Aku tidak ingin selalu menjadi anak yang dalam posisi bertanya, aku ingin menjadi seseorang yang mempunyai jawaban. Jadi aku tidak mau bertanya. Aku ingin memikirkannya sendiri dan menemukan jawabannya sendiri. Dan itu tidak mudah. Huakhahahaha...

Kamu mau apa, Mona?

Pertanyaannya sederhana, jawabannya rumit. Eh, apa akunya aja yang bikin rumit ya? Atau akunya terlalu pengecut untuk menjawab? Huakhahaha.. jadi pusing sendiri..

~ Mona Luthfina

19.12.09

True Colors ~ Cindy Lauper



You with the sad eyes 
don't be discouraged 
oh I realize 
it's hard to take courage 
in a world full of people 
you can lose sight of it all 
and the darkness inside you 
can make you fell so small 


But I see your true colors 
shining through 
I see your true colors 
and that's why I love you 
so don't be afraid to let them show 
your true colors 
true colors are beautiful 
like a rainbow 


Show me a smile then 
don't be unhappy, can't remember 
when I last saw you laughing 
if this world makes you crazy 
and you've taken all you can bear 
you call me up 
because you know I'll be there 


And I'll see your true colors 
shining through 
I see your true colors 
and that's why I love you 
so don't be afraid to let them show 
your true colors 
true colors are beautiful 
like a rainbow 

~ Mona Luthfina

11.12.09

SE7EN Heroes and me..

Minggu ini aku merasa hampir patah semangat dalam kerjaan. Jenuh to the max. Tantangan kerja di kantorku adalah belajar sabar dan menahan emosi. Itulah mengapa, pagi hariku dimulai dari setting mood. Beberapa minggu ini, bangun tidur bukannya merasa refreshed tapi malah capek. Dampaknya adalah mood yang gak sepenuh hati. Banyak hal yang bisa memancing emosi (yang emang udah tinggi kadarnya ini).

Setting the mood in the morning is not that easy. Biasanya yang aku lakukan adalah minum air putih dan mandi air dingin. Cukup membantu.. Setelah itu adalah tersenyum. Aku menyadari, jika emosiku dikatakan sebagai penyakit, maka obatnya adalah tertawa dan tersenyum. Makanya rutinitas pagiku biasanya dimulai dengan nonton Friends atau Ellen DeGeneres. Hmm.. mungkin karena udah lama gak nonton Ellen jadi sekarang mudah emosi lagi.. Ah..

Aku default-nya galak (katanya), but hey.. I smile and I laugh a lot. Don't you notice that? Haha..

Selain tertawa dan tersenyum.. Aku selalu merapal di dalam hati kalimat, "Ya ampun, Mona. Masak segitu aja mau patah.. banyak orang yang kehidupannya lebih menantang dan lebih bikin capek dibanding kamu. You will always find a better way to live your life.."  berulang kali sampai menyadari kalau mengeluh tidak akan menyelesaikan apapun dan malah tambah bikin capek hati..

Hingga tadi malam. Raga lelahnya minta ampun. Kayaknya udah lama gak pernah tidur jam 10 kurang. Semalam pun baru sampai rumah jam 11 malam. Setelah ritual di malam hari (cuci muka, sikat gigi, cuci kaki, habla, habla..), rebahan di kasur, menemukan buku SE7EN Heroes tergeletak di kasur. Belum selesai terbaca, baru 3 pahlawan kubaca. "Ah, selesaikan saja malam ini. Toh bukunya tipis.." hatiku berkata.

SE7EN Heroes ini adalah buku tentang 7 penerima Kick Andy Heroes Award. Gendu Mulatif (yang sudah merawat hampir 10.000 orang gila), Didik Nini Thowok (yang selalu mengembangkan dan melestarikan dunia tari Indonesia), Andi Rabiah (suster apung), Maria Gisela Borosca aka Mama Putih (mama yang membaktikan diri untuk merawat penderita kusta di Flores berpuluh-puluh tahun lamanya), Wanhar Umar (guru sekaligus kepala sekolah di SD terpencil di Muara Enim, Sumatera Selatan), Baba Akong (yang selama belasan tahun menanam bakau di Maumere sampai 23 hektar, sang pahlawan ekologi), dan Sugeng Siswo Yudono (yang membuat kaki palsu dan menginspirasi program 1000 kaki palsu). Inspiring book about inspiring heroes.

And hey, i finished that book in an hour. Aku menangis membaca buku itu. Tiba-tiba malu.. Mereka dengan segala keterbatasannya menjadi pahlawan bagi masyarakat sekitar mereka (kalimat ini pun diucapkan oleh Andy F. Noya), membuat aku yang belum menjadi pahlawan bagi siapa-siapa menjadi sangat kecil dibanding mereka. Complaining, as always, doesn't solve anything but here I am, complaining to you. Ah...

Astaghfirullah.. Mona, be a hero today and tomorrow!!

~ Mona Luthfina

6.12.09

Waiting for NINE!!



Semoga bioskop di Bandung bisa cepat pasang film ini, gak harus nunggu 6 bulan.. Heuheuheu.. Kalo kata Fergie, "Be Italiaaaaaaaaaaannnn..."

~ Mona Luthfina

4.12.09

Pak Pos.. oh Pak Pos..!!

Tadi pagi ada tukang pos ke rumah. Pak Pos ini kasih surat yang namanya tidak ada di rumah, alamatnya pun berbeda (tipis, makanya bisa salah).

"Paaakkk..."

Pak Pos memutar motornya kembali..

"Pak, gak ada yang namanya S*****A di sini.."

"Oh ada ya, yaudah makasih neng.."

"Eh, bukan pak.. gak ada, alamatnya bukan ini.."

"Oh, berarti orangnya ada ya neng, yaudah makasih.."

Entah kenapa Pak Pos ini semangat banget buat ngasih surat yang salah itu kepadaku.

"Bukan pak, di sini alamatnya bukan ini dan gak ada yang namanya ini.."

"Sigh..." (Pak Pos menghela nafas..)

"Bandung tuh susah neng nyari alamatnya, coba ya, di Cibarengkok itu, satu kelurahan, 20 rumah bisa satu nomor.. Misal, ada surat yang alamat itu 30 rumah sama. Harusnya surat itu ditampilin kelurahan, kecamatan, RT, RW, sekalian.."

"Kode pos mungkin bisa pak.."

"Ah, gak ngaruh neng pake kode pos juga. Alamat di Bandung mah banyak yang sama..."

Entah kenapa Pak Pos jadi curhat...

"Oh, gitu ya pak.."

"Iya neng.." trus menghela nafas lagi..

"Yaudah deh neng, makasih ya.."

"Sama-sama, Pak.."

Bengong.. hehehe..

Susah ya jadi Pak Pos. Belum dia memikirkan pekerjaan dia yang saat ini sudah banyak diambil oleh dunia maya (e-mail, dsb, dsb), eh, dia harus menyusuri jalanan di Bandung dengan alamatnya yang njelimet.

Jika, pada suatu saat nanti di dunia ini tidak ada lagi surat fisik. Para Pak Pos akan gimana ya? Sekarang saja paling surat yang dia antar cuma berkisar di tagihan bulanan, dsb. Kalau sampai tagihan pun dielektronikkan, kemana mereka harus mencari pekerjaan? Akan kemana Kantor Pos?

Sekarang sepertinya tidak ada lagi istilah menunggu Pak Pos yang membawa surat cinta.. padahal e-mail cinta tidak bisa mengalahkan romantisnya surat cinta. Mungkin memang benar, orang dulu lebih romantis daripada sekarang. Hehehe..

I'm rambling.. Sigh.. Pak Pos, semangat mengitari jalanan di Kota Bandung!!

~ Mona Luthfina

3.12.09

Alone but Not Lonely

Beberapa tahun belakangan, setelah aku dan teman-temanku lulus dan bekerja, aku menyadari banyak terjadi perubahan pada teman-temanku. Salah satunya adalah sebagian besar dari mereka menjadi begitu mandiri. Atau mungkin terpaksa mandiri.

Mengapa terpaksa? 

Mereka tidak lagi memiliki sahabat yang bisa setiap saat ada di samping mereka (physically) atau bisa setiap saat ditelepon (berat di ongkos dah curhatnya :D). Jadi, kalau dulu semasa kuliah jika ada masalah bisa langsung curhat, dan menyelesaikan masalah itu bersama-sama dalam waktu cepat, kini tidak lagi. Mungkin ini yang membuat mereka menjadi semakin mandiri. Mereka bertemu dengan masalah yang tidak lagi bisa dipecahkan bersama, tapi hanya bisa bergantung pada diri sendiri untuk menyelesaikannya. Sendiri lebih tepat mungkin ya, dibanding mandiri :)

Perasaan telah berhasil menyelesaikan masalah sendiri ini (tanpa bantuan langsung dari keluarga atau teman), membuat hidup mereka kemudian menjadi sedikit demi sedikit tanpa disadari terisolir. Kini, jika tidak bisa menghabiskan weekend dengan teman-teman, tidak masalah. Tidak jadi bertemu teman, juga tidak masalah. Tidak ditelepon dan menelepon teman, juga tidak masalah. Tidak ada komunikasi (sms, chat, e-mail, dsb, dsb) tidak masalah. Mereka sedang menikmati kemampuan mereka untuk menjalani hidup ini tanpa tergantung oleh orang lain.

Mereka, menjadi sangat mandiri, dan hal ini membuatku bangga sekaligus sedih. Sedih bukan karena tidak lagi bisa berkomunikasi langsung dan cepat dengan mereka, tapi sedih karena yang disebut kemandirian itu tanpa mereka sadari menyeret mereka pada kesepian. Sedihnya lagi, jika aku tahu ada salah seorang temanku sedang terseret dalam satu masalah, tapi mereka merasa begitu kuatnya, sehingga yang biasanya mudah menangis menjadi tidak menangis sama sekali, dan aku cuma bisa berkata, "Big hugs, sayang.. it's gonna be ok.." lewat SMS atau chatting sementara aku sendiri tidak yakin apakah semua memang baik-baik saja atau tidak, karena aku tidak tahu dan aku tidak lihat sendiri. Sedih, karena aku dalam posisi tidak bisa langsung memeluk temanku ini dan memberikan komentar-komentar yang dapat memancing dia menangis atau bahkan marah (aku rasa menangis dan marah itu sehat dalam sebuah masalah, daripada tidak ada emosi sama sekali, itu lebih ngeri). 

They are alone and lonely.. 

Aku takut, teman-temanku ini, menjadi terlalu angkuh untuk merasa... karena yang terjadi adalah, mati rasa.

Ketika kita lulus dari kehidupan yang satu dan memulai kehidupan lainnya, akan selalu ada sekumpulan sesuatu yang akan membuatmu belajar setiap harinya. Untuk persahabatan dan pertemanan, setelah kehidupan sekolah dan kuliah selesai, yang sulit bukan lagi menghadapi karakter dan emosi dari masing-masing teman, yang sulit adalah menjaga komunikasinya. Apakah tanpa komunikasi, sahabat akan selalu menjadi sahabat, teman akan selalu menjadi teman? Toh, tak ada ikatan darah seperti keluarga yang walaupun bertahun-tahun tak berkomunikasi akan selalu sama statusnya, keluarga.

Semoga teman-temanku tidak terlalu terlena dalam kemandirian mereka dan segera menyadari bahwa mandiri itu tidak harus selalu sendiri dan sendiri itu tidak harus selalu sepi. Semoga Allah selalu menjaga hati mereka, agar selalu hidup dan selalu bisa merasa. Karena hidup ini akan sangat sayang dilewatkan tanpa dirasa. Semoga mereka menjadi manusia-manusia yang walaupun sendiri tapi tidak kesepian. Alone but not lonely. Amiin..

~ Mona Luthfina

P.S. Postingan ini untuk semua sahabat tapi kali ini terutama untuk DiahBig hugs, as always didi..
P.P.S. Juga buat nda, yang udah mulai terlena dalam kemandiriannya. Hehehehe..

2.12.09

Teman Berdasarkan Prioritas

Tiba-tiba terpikir..

Apakah berteman pun ada prioritasnya?

Pertanyaan ini muncul setelah aku melihat list Yahoo Messenger. Temanku di YM bisa dibilang banyak. Tapi yang sering diklik untuk berbincang, paling cuma segelintir. Nah, jika, ada seseorang dari daftar YM-ku menyapa, dan jika kebetulan kondisinya sedang sibuk. Aku sering menggunakan skala prioritas. Kalau emang teman yang sering chatting, seringnya langsung dibalas. Tapi kalau jarang-jarang, nanti aja ah kalau ingat balasnya, bahkan sering terlupakan. Jahat gak sih kalau gitu? Apa bisa dikategorikan sebagai dosa? Astaghfirullah..

Hmmmm..

~ Mona Luthfina