Perjalanan panjang antara rumah dan sekolah selama 9 tahun (SD dan SMP), membuat masa kecil dan remajaku banyak dihabiskan di angkot. Hehehehe.. Rumah di daerah Sukajadi, sekolah di daerah Kebon Kalapa. Perjalanan pulang pergi bisa 1,5 sampai dengan 2 jam. 45 menit di pagi hari dan 45 menit di sore hari. Sepanjang perjalanan itu, kuhabiskan dengan membaca atau memperhatikan orang-orang di angkot. Mungkin itulah mengapa aku menjadi seorang pembaca dan pemerhati. Tsaaahh...
Selain menjadi pembaca dan pemerhati, perjalanan menuju sekolah yang cukup panjang itu juga membuatku menjadi anak yang belajar berani dan belajar mandiri. Pulang sekolah, seringkali tidak langsung pulang, tapi pergi ke rumah teman, yang sebagian besar ada di daerah Bandung Selatan (tambahkan 30 menit perjalanan). Jika tidak begitu, pulang sekolah dihabiskan dengan les. Les bahasa, bimbel, dsb. Setiap hari pulang sore.
Entah bagaimana (belum masuk akal), mengapa Bapak dan Ibu percaya saja sama putrinya yang satu ini, keluyuran pulang sekolah. Tapi sebenarnya tanpa kusadari, mereka mengajarkanku tanggung jawab. Lewat maghrib, ditelepon. "Mona, kenapa belum pulang?" atau "Mona pulang ama siapa?" atau "Jangan pulang malam-malam!" atau "Hati-hati!". Secara alamiah, semua pertanyaan dan pesan ini membuatku bertanggung jawab terhadap diriku sendiri. Di kemudian hari baru kusadari bahwa sebenarnya kedua orang tuaku ini khawatir sangat jika putrinya belum pulang (baru terasa pas tinggal cuma berdua sama adek, kebiasaan Ibu dan Bapak menurun padaku.. hehehe..)
Lalu mengapa tiba-tiba aku cerita ini di blogku?
Malam purnama ini sempat teringat bagian masa kecilku itu, teringat pula bahwa aku ini seorang perempuan mandiri, berani, mampu bertanggung jawab atas diri sendiri, dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Perempuan yang mampu untuk menemukan kebahagiaan dari hal-hal yang kecil di sekeliling. Perempuan yang mudah untuk tersenyum dan tertawa karena hal yang sederhana. Perempuan sederhana, mandiri, dan bahagia. Si perempuan pembaca dan pemerhati sekeliling. Bahagia karena hanya memperhatikan langit yang begitu biru (sudah lama aku tak memperhatikan langit). Perempuan yang bisa pergi kemana-mana sendiri dan tetap bisa menemukan hal yang menyenangkan.
Bukan berarti aku tidak butuh orang lain, tidak begitu. Tapi kusadari Mona yang dulu lebih kuat dan lebih menikmati hidup. Ah, alhamdulillah diingatkan lagi oleh Allah tentang masa kecilku itu.. Diingatkan lagi bahwa kebahagiaan itu bisa berupa hal-hal kecil yang seringkali terlewatkan oleh kita dan bahwa Mona adalah si perempuan besar dengan hati yang sangat besar pula. Huakhahaha..
Siph ah, enjoy the nite (and the day), Mona!!
~ Mona Luthfina
P.S. Seperti biasa, setiap bertemu purnama, selalu terpana dengan keindahannya. Indah, tapi nampak sepi. :)
haha, gue juga suka jadi pemerhati di angkot. Apalagi kalo udah ada segerombolan anak2 ABG yang dengan dermawannya mengumbar masalah2 pribadi mereka sama fellow angkoters.
ReplyDeletejadi ga pengen cepet turun deeh. hahaha.