19.8.09

Kebangsaan, given or chosen?

Seorang teman pernah memasang status di YM-nya,

"Apa sih alasan yang membuat seseorang mau terikat menjadi bangsa Indonesia?"

Hmm.. tak pernah (atau tak sering) sebelumnya aku menanyakan tentang hal ini. Pertanyaan yang bisa ditujukan untuk semua aspek, kebangsaan, agama, ras, orang tua, dsb.

Saat itu aku menjawab pertanyaan itu dengan, "Because it's given, not chosen.."

Loh, iya kan.. Ketika lahir, kita tidak memilih siapa orang tua kita, apa bangsa kita, lahir dimana, apa agama kita, dan apa suku kita..

Sebagian besar dari kita, berbangsa Indonesia karena orang tua dari orang tua kita memilih untuk berbangsa Indonesia. Lalu, apakah nilai kebangsaan kita menjadi lebih rendah dari kakek nenek kita? Hmm.. mungkin iya, tapi mungkin juga tidak..

Mungkin iya, jika kita tidak lagi peduli dengan bangsa kita sendiri, tidak lagi peduli apakah kita ini seorang yang berbangsa Indonesia atau bukan. Memang harus seperti apa orang yang berbangsa Indonesia? Menurutku, paling tidak kita harus menjaga kehormatan bangsa (omonganku ngawang berat). Praktisnya, misal mencintai produk dalam negeri, menjaga perilaku seperti layaknya orang Timur. Santun, cerdas, berbudi luhur, tenggang rasa, saling menghormati, dan murah senyum. Jika tak begitu, mungkin generasi kita adalah generasi yang memiliki nilai kebangsaan rendah. Ini mungkin loh ya..

Mungkin tidak (nilai kebangsaan lebih rendah), jika dengan berbagai perkembangan dunia yang terjadi, kita bisa memanfaatkannya untuk terus membanggakan bangsa. Tidak sepenuhnya menerapkan semua yang diterapkan oleh negara maju, tapi mengambil manfaatnya yang cocok untuk bangsa kita. Misalkan dalam bergaul, belajar, dan memanfaatkan teknologi, dengan begitu nilai kebangsaan yang diturunkan oleh generasi-generasi sebelumnya bisa terjaga bahkan berkembang ke arah yang lebih baik.

Kebangsaan saat ini memang lebih banyak diberikan (given), bukan dipilih (chosen). Pilihan yang ada saat ini adalah apakah kita akan terus menjaga dan meningkatkan nilai kebangsaan itu atau justru akan merendahkannya.

Dikembalikan kepada diri kita masing-masing..

~ Mona Luthfina

P.S. Masih dalam euforia 17 Agustus..

No comments:

Post a Comment