4.3.09

Mengubah Negeri

Tadi sore, entah kenapa terlibat diskusi agak serius sama Bisri (Bisri sekarang punya blog loh). Tumben, soalnya gak pernah diskusi segitu seriusnya sama tu bocah. Hehehehe..

Dimulai dari ngebahas tentang sejarah, perang dingin, proxy war, sistem pemerintahan yang ok dan cocok buat Indonesia, perbandingan antara negara-negara sosialis, ngomongin dari mana kita harus mulai jika ingin mengubah Indonesia, industri pangan dan peternakan, kesejahteraan sosial, dan negara yang makmur dan sejahtera. Ok, saat aku menulis ini pun aku baru sadar, selama kita chatting tadi sore, kita bener-bener diskusi. Hohohoho.. tumben, Bis.. But it was a good talk though..

Semua topik diskusi tadi sore menarik terutama karena pertanyaan “Dimulai dari mana kalau ingin mengubah Indonesia?” ini lagi sering muncul di kepalaku. Khusus untuk kesejahteraan sosial, agak-agak pengen membahas lebih lanjut.

Pengelolaan kesejahteraan negara ada dua model pendekatannya.

  1. Model pertama, perhatian utama negara difokuskan pada bagaimana mengalihkan sumber daya kepada masyarakat yang paling membutuhkan. Ini seperti yang dilakukan di Amerika Serikat dan ditiru oleh negara kita. Jadi, negara fokus untuk mensejahterakan warga negara yang membutuhkan saja. Di Indonesia, dikhususkan terutama untuk warga negara yang memiliki masalah-masalah sosial, yaitu: kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunasosialan, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi (diatur oleh UU No. 11 Tahun 2009 yang baru diresmikan dan memantapkan posisi Departemen Sosial sebagai pelaksana penyelenggaraan kesejahteraan sosial).
  2. Model kedua, negara mendistribusikan kesejahteraan, dengan sedikit interferensi birokrasi sesedikit mungkin, kepada semua masyarakat yang memenuhi kriteria-kriteria yang berhak mendapatkan distribusi. Model ini banyak dilakukan di negara-negara Skandinavia. Jadi, semua warga negara baik itu terkena masalah sosial maupun tidak, mendapatkan pelayanan kesejahteraan yang sama porsinya dari pemerintah.

Nah, ingat Pembukaan UUD 1945?

“Pembentukan pemerintahan negara Indonesia didasari untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.”

Kalau dibaca di kalimat “memanjukan kesejahteraan umum” sih bisa diartikan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan umum di Indonesia itu ditujukan kepada semua warga negara Indonesia. Iya gak sih?

Sementara itu, negara ini saat ini masih berkutat di dunia kapitalisme dan tunduk pada sistem yang memang memperkaya dan menambah pundi-pundi negara tapi tidak mensejahterakan rakyatnya.

Eh, tapi tunggu dulu, emang sejahtera apaan?

Sejahtera kalau kata Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah aman, sentosa dan makmur; selamat (aman dari segala gangguan). Padanan kata ‘sejahtera’ dalam Bahasa Inggris adalah ‘welfare’ yang berdasarkan Webster English Dictionary didefinisikan sebagai ”A contented state of being happy and healthy and prosperous”, adalah keadaan yang diisi oleh kebahagiaan, kesehatan dan kemakmuran. Setiap manusia pada dasarnya berusaha mencapai taraf kesejahteraan yang tinggi dan itu jelas merupakan hal yang wajar.

Apakah kita yang saat ini bisa dikatakan sebagai seseorang yang sejahtera? Apakah negara kita saat ini bisa dikatakan sebagai negara yang sejahtera? Kalau dilihat secara umum, definisi, tujuan negara, dan pelaksanaannya, jelas belum. Lalu, bagaimana dan mulai dari mana kita harus mengubahnya?

Nah, itulah.. kembali pada diskusi (yang belum selesai ya, Bis). Sistem yang ada saat ini sudah seperti lingkaran setan yang kalau kita mau masuk dari mana pun pasti terjerat. Ah.. Banyak pendapat yang masih belum sesuara tentang hal ini, kalau Bisri bilang dimulai dari industri pangan/pertaniannya, kalau aku berpendapat dimulai dari anak-anak dan generasi mudanya, alias sistem pendidikannya, ada lagi teman yang berpendapat kalau harus dilakukan secara serempak dari berbagai macam aspek. Bisa jadi debat kusir (kenapa sih istilahnya debat kusir, bukan debat supir gitu?).. hehehe..

Mau dibahas sepanjang, senjlimet, dan selama apapun, tetap belum ada solusi konkret yang bisa aku beri untuk negeri dan bangsaku ini. Aku masih tetap kukuh dimulai dari anak-anak dan generasi mudanya, dan kalau ditanya secara spesifik, aku akan menjawab, dimulai dari bacaannya. Karena yang aku tahu adalah buku.

Ah.. mungkin itu jawabannya, dari pertanyaan “Dimulai dari mana kalau ingin mengubah Indonesia?”. Mulailah dari apa yang kita tahu dan apa yang kita yakini itu benar. Dengan kerja keras, keyakinan, dan do’a, mungkin.. ah.. bukan.. pasti negeri ini akan berubah ke arah yang lebih baik. Seperti banyak orang bijak berkata, mulailah dari dirimu sendiri.

Hmmm.. agak campur aduk bahasannya, ah.. tapi aku menulis apa yang memang sedang aku pikirkan saat itu, lagipula ini blogku sendiri. Huakhahaha.. mulai gak jelas..

Yasudahlah..


~ Mona Luthfina yang (tumben) sedang berpikir tentang negaranya

P.S. Thanks for the conversation, Bis.. Gw tunggu part 2-nyah..

3 comments:

  1. Mona apa kabar? ^^ (with hug)
    dimulai dari hal kecil,,mulai dari diri sendiri,,dan mulai dari sekarang..
    untuk Indonesia yg lebih baik!

    ReplyDelete
  2. dimulai dari hal kecil?
    beratrti ga bisa mulai dari mona dunk?

    becanda mon, becanda, hehehee

    benx
    ga berani pake ID beenran takut dipatok mona, hehehee

    ReplyDelete
  3. Nance:
    baiiikk nance.. hehehe..

    Beni:
    yeiiyy... yg bilang dari hal kecil kan Nance.. huuu..

    Update blog ben!!

    ReplyDelete