27.1.09

Orang Kecil yang Punya Andil Besar

"No matter how small, a person is still a person." ~from Horton hears a Who"

Kata Ibu, kita harus selalu inget sama orang kecil. Bukannya aku bilang aku ini orang besar [literally sih emang besar..haha..]. Maksudnya adalah orang-orang yang jauh lebih gak beruntung dibanding aku [dari sudut pandang aku]. Karena pada suatu saat, kita akan ditampar [ya gak ditampar banget sih, disentil aja..]  sampai sadar bahwa kita butuh orang lain. Seperti aku hari ini.

Baru berasa ngurus rumah itu gak sekedar jangan lupa ngunci pintu pagar, atau nyala-matiin lampu teras. Tapi ngurus rumah itu mencakup kebersihan, keuangan, kerapihan, dan berbagai macam yang menyangkut tanggung jawab warga yang tinggal di sebuah RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota, dst. Dimulai dari yang bulanan seperti bayar iuran listrik, telepon, koran, dll, yang mingguan kayak ganti seprei, atau nyikat akuarium, sampai dengan yang harian kayak nyapu, nyuci baju, buang sampah, dsb.

Kali ini aku mau cerita tentang sampah di rumah. Dulu tukang sampah di rumahku datang seminggu sekali, tapi entah sejak kapan tukang sampah ini tidak datang lagi. Kemudian, aku tidak tahu lagi sejarah tukang sampah di rumahku karena semua diurus oleh Bapak. Nah, sekarang setelah semuanya diurus sendiri, aku baru nyadar kalau tukang sampah yang biasa udah lama gak dateng karena pintu rumah sering dikunci [ya iyalah, penghuninya pergi semua kalau siang]. Jadi aku harus mencari tukang sampah baru, sementara sampah di depan rumah [mana sebelumnya rumput2 di halaman baru dipotongin, jadi sampahnya banyak] sudah sangat menumpuk. 

Tukang sampah, adalah profesi yang jelas bukan pilihan profesiku. Namun ternyata, kalau gak ada tukang sampah artinya sampah menumpuk, kalau sampah menumpuk artinya sumber penyakit, kalau ada sumber penyakit berarti kemungkinan aku atau adek sakit semakin besar, dan kalau ada yang sakit berarti ada kerepotan-kerepotan, waktu, dan tenaga yang terbuang. Ah, ternyata tukang sampah yang dulu aku pikir cuma salah satu dari sekian banyak orang saja, ternyata dapat berpengaruh begitu besar terhadap hidupku. Haa.. rumitnya..

Dulu aku mana peduli tukang sampah dimana, tukang koran dateng jam berapa, kapan harus bayar-bayar [eh, kalo yg ini agak aware kok, soalnya sering disuruh Ibu tiap bulannya], kapan kura-kura harus dikasih makan, kapan waktunya nyuci baju, kapan mbak dewi gajian, dsb.

Punya rumah adalah tanggung jawab yang gak kecil. Apalagi rumah kayak rumahku yang asalnya berisi banyak orang dan sekarang tinggal berdua [plus sodaraku yang tinggal pas weekdays] artinya rumahku rumah yang besar kalau cuma ditinggalin sama 2-3 orang. Dulu aku bermimpi punya rumah sendiri.. Gak nyangka kalau rumah dan segala macam atributnya tidak sesederhana itu diurusnya. Haaa.. rumah punya Ibu Bapak aja susah diurusnya. Hehehe.. Tapi anggep aja latihan kali yaa.. Hehe.. Makanya, kalau beli rumah [kapan pun itu, amiinn] belilah yang sesuai dengan kebutuhan. Ah, belajar satu hal lagi hari ini..

Eniwei, ngurus rumah ditambah punya adek yang males bangun pagi itu ternyata lebih sulit. Jadi, adeeeeekkkkk.. bangun pagi doooongggg!!!!! This is OUR home not only mine, btw!! Our responsibility not only MINE!!! Huhuhu.. Ada yang punya metode ampuh ngebangunin anak susah bangun pagi gak?

~ Mona Luthfina sambil nyuci baju, baca koran, dan nonton Friends. Haha..

P.S. Masih dicari: TUKANG SAMPAH.. Huhu..

2 comments:

  1. dicariin suami, mon.
    kata nenek kalo dah punya suami, pasti terbiasa bangun pagi.
    :-)

    ReplyDelete
  2. daripada nyariin suami adek, mending aku nyari buat aku sendiri kali ben.. haha..

    ReplyDelete