9.7.08

Anak Manja Masuk Pesantren #8 - Tamu dan Tuan Rumah

Satu hal yang aku perhatikan di pondok yang aku tempati sekarang adalah...

Ibu Nyai tamunya buanyaaaaaaaakkkk bangeett...

Bagi diriku hal ini adalah sesuatu yang merugikan sebenarnya, karena dengan adanya tamu, aku yang ngajinya di waktu bebas sebebas-bebasnya ini jadi gak bisa ngaji.. Padahal diriku dibatasi oleh waktu yang nampak cepat berlalunya..

Tapi.. tapi... dibalik kerugianku, setidaknya ada hikmah dong yang harusnya bisa kuambil.. Dan ternyata, memang ada..

Aku mendapatkan kesimpulan [minggu ini dapetnya], bahwa tamu itu adalah berkah dari Allah.. Kenapa, karena menghormati tamu adalah suatu sikap yang mulia. Bahkan jika tuan rumah sedang puasa sunnah pun, harus membatalkan puasanya untuk menghormati tamu, dan ngajak tamunya makan atau minum misalnya. Semakin banyak tamu itu kan berarti semakin banyak yang harus disediakan oleh si tuan rumah. Iya gak? Dari mulai suguhan, makanan kecil, minuman, waktu, tempat, tenaga [kalo ini jelas.. karena nyuci-nyuci piring dan gelas juga butuh tenaga], serta pikiran.. Kalo sang tuan rumahnya gak ikhlas gimana? Malah jadi gak manfaat kan.. Sedangkan kalo ikhlas, jadi ladang pahala buat si tuan rumah tentunya..

Jadi, semakin banyak tamu itu jangan malah disesali dan dikesali.. Karena dengan banyaknya tamu, berarti semakin banyak orang yang peduli dengan kita, mendo'akan kita, dan menjadi ladang pahala karena keikhlasan kita..

Tapi sebagai tamu juga jangan keterlaluan ya.. Bertamu pun ada etikanya.. Hehehe..

Sip ah... ayooo tamuu.. berdatanganlah..

7.7.08

Hidup pun Ujian..

"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." ~Q.S. Al-Mulk 67: 1-2
Jadi, mati itu tak perlu ditakuti, karena hidup pun tak perlu ditakuti.. Karena mati adalah ujian, hidup pun adalah ujian.. Hidup adalah tantangan.. dan yang perlu kita takuti hanyalah Allah Yang Maha Kuasa... Allah Yang Maha Besar..

Allahu Akbar.. Allah Maha Besar..

Ketika di bawah, ingat Allahu Akbar, sehingga tak banyak mengeluh.. Ketika di atas, ingat Allahu Akbar, sehingga tak menjadi sombong.. Semoga..

Batas antara Riya' dan Syukur itu....

..sangat tipis!

Begitulah yang dikatakan pagi itu oleh Ibu Nafis.. Beliau sedang bercerita tentang bagaimana beliau tidak diberi lupa oleh Allah terhadap Al-Qur'an.. Padahal umurnya sudah menginjak 55 tahun..

Aku terngiang-ngiang kalimat mengenai syukur dan riya' di atas. Hmm.. bener juga ya, dari dulu aku belum pernah mendengar dan menemukan kalimat ini sampai aku dengar sendiri dari Ibu Nyai.. Tanpa sadar, memang sangat membingungkan antara syukur dan riya'.. Misal, ketika aku bercerita tentang haji.. apakah itu merupakan suatu bentuk rasa syukurku atau malah jadi riya'? Wallahua'lam bis shawab..

Lalu bagaimana supaya batas yang tipis ini tidak terlewati walaupun tanpa sengaja?
Aku belum menemukan jawabannya.. ada yang tahu? Tolong beri tahu aku..

Astaghfirullah.. apakah selama ini aku bersyukur pada-Mu Ya Allah, atau justru aku selama ini hanyalah salah satu hamba-Mu yang angkuh dan riya'?

4.7.08

Omah "Ijo"

Saat membaca postingan dari sodaraku [yang kebetulan arsitek yg baru menang karena karyanya yang menerapkan green architecture] yang satu ini, membuatku ingin menerapkannya langsung.. Bisa gak ya, dimulai dari rumahku sendiri? Insya Allah bisa..

Yupe, rencana nomor 1 setelah pulang dari Jogja... membuat rumah hijau [karena catnya ijo semua] yang semakin "hijau" dan sadar lingkungan.. Mumpung cuma aku dan adek penghuninya, labih mudah dimulainya...

Rencana kedua, membuat rumah Baleendah yang walaupun berwarna pink, tapi bisa "hijau" dan sadar lingkungan..

Insya Allah... Harus BISA!!!

Ternyata Green Architecture itu menarik..

2.7.08

Dewasa Bersama

Sudah lama sekali sejak terakhir kalinya aku bertemu dengan teman-teman TI ITB. Terutama dengan mereka yang sudah bekerja..

Kemarin, sempat terpikir, apa ya yang akan terjadi ketika aku bertemu dengan mereka? Apakah masih tetap sama seperti dahulu?

Nampaknya tidak.. Somehow, aku merasa bahwa aku dan mereka pastinya telah berubah.. Prioritas kami sudah berbeda, tidak lagi mengejar gelar S1 di kampus yang sama. Pembicaraan yang menarik pun sudah pasti akan berbeda, akan semakin terasa karena tempat kerja yang berbeda, atau perbedaan status [sudah bekerja atau belum, atau ambil S2, atau sebagainya].

Dulu, aku selalu takut untuk bertemu dengan teman-teman lama. Namun, dengan teman-teman kuliahku [yang sekarang statusnya mulai berubah menjadi teman lama], aku tidak takut lagi. Dulu, aku takut karena aku tahu, saat kita bertemu akan terjadi saat-saat dimana kita tidak tahu ingin bicara apa, tidak tahu harus bertanya apa lagi, tidak tahu harus berkomentar apa..

Namun, dengan teman-teman lama yang baru ini [aneh..hehe..] nampaknya tidak akan menjadi seperti itu. Entah karena pertemanan kami dimulai pada saat kami sudah beranjak dewasa, entah karena di antara kami ada perasaan saling menghargai dan menghormati satu sama lain dalam memutuskan untuk menjalani hidupnya seperti apa, atau entah karena kami menjadi dewasa bersama-sama.. Jadi, walaupun mungkin pada awalnya akan canggung dan berpikir keras tentang topik pembicaraan.. Tapi akan selalu ada topik yang menarik untuk dibicarakan...

"Apa kabar?"

dan..

"Inget gak waktu...."

Karena masa lalu kami begitu penuh cerita dan kenangan yang takkan habis untuk dibahas bahkan sampai kami tua nanti... Insya Allah akan selalu ada topik untuk dibicarakan.. Ya, semoga saja..

P.S. Untuk semua teman-temanku... TERIMA KASIH..
Keluarga, Sahabat, dan Teman memang benar-benar anugerah dari Allah Swt. yang harus selalu disyukuri, dinikmati, dan dimanfaatkan setiap waktu..

Untuk semua orang yang telah bersentuhan dengan hidupku, baik itu hanya sekejap maupun berkejap-kejap..
Untuk semua orang yang telah singgah di hidupku, baik itu sebentar maupun berlama-lama..
Untuk semua orang yang telah melewati hidupku, baik itu selewat maupun sampai mampir..
Untuk semua orang yang sadar dan tanpa sadar mempengaruhi hidupku.. dan
Untuk semua orang yang telah membuatku menjadi seorang Mona Luthfina seperti saat ini dengan baik buruknya..

TERIMA KASIH...

Perhatianmu sungguh sangat berharga..

1.7.08

Anak Manja Masuk Pesantren #7 - Prihatin, Mona... Prihatin..

Tadi malam, banyak sekali muncul pertanyaan ini..

"Mbak, aernya udah nyala belum?"

Huakhahahaha... Jadi, di pondok semalem, air tuh beneran mati, di bak pun udah kosong blas-blasan.. hehe.. Alhamdulillah, aku udah sempet mandi pas sorenya.. Ada yang mbaknya belum sempet mandi gitu.. Bahkan, kondisi ini berlangsung sampai tadi pas shubuh.. Padahal, pas pagi-pagi mau mujahadah [ngaji sejuz yang tiap jam 4 pagi], kita kan pastinya butuh ke kamar mandi, buat wudhu, mandi, dsb, minimal sikat gigi dan cuci muka. Akhirnya, kita mengungsilah ke pondok belakang, pondoknya anak Aaliyah, hehe.. Asalnya, niatnya cuma nyuci tempat makan, cuci muka, cuci [eh..sikat ding,,] gigi, dan wudhu aja, tapi daripada nanti ngantri-ngantri lagi setelah anak Aaliyah pada bangun, mandi sajalah sekalian.. hehe...

Lalu, hari ini di pondok lagi ada tamu.. [Sebenernya beberapa hari ini tamunya buanyaakk buanggett] dan tamunya itu akan menginap, dan kalo ada tamu datang, kamar yang digunakan adalah kamar yang sekarang menjadi tempatku numpang, jadinya, kami sebagai penghuni kamar baru [yang emang paling bagus.. hehehe] beres-beres kamar, dan ngungsiii ke kamar lain..

Memang, hidup di pondok itu harus siap prihatin kapan pun juga.. Hehehe..