Seperti yang udah sering banget diceritain, di sekitarku lagi banyak orang sidang...
Tapi hari ini lagi gak pengen cerita tentang sidang, tapi tentang apa yang terjadi sesudah sidang. Selama ini, dan sampai hari ini, aku selalu berpikir bahwa sidang dan kelulusan adalah suatu milestone yang melegakan. "Alhamdulillah, akhirnya 4 tahun kuliah, kelar juga...", adalah suatu akhir dari 4 tahun perjuangan. Tapi, seperti layaknya semua akhir, adalah sebuah permulaan juga. Dan untuk milestone yang ini adalah permulaan dari dunia yang benar-benar baru. Dunia yang selama ini hanya diketahui dari cerita dan pengalaman orang-orang sebelumnya, kakak, senior, atau orang tua.
Sindrom pasca sidang yang akhir-akhir ini semakin sering aku temui dari temanku adalah, bingung mau ngapain. Bukannya aku gak mikirin, mikirin kok, cuma gak pernah terpikir kalo "mau ngapain" itu ya segitu besarnya. Milestone yang sangat besar dan keputusan "mau ngapain" itu adalah keputusan yang besar dan untuk menambah kerumitannya, keputusan itu benar-benar diambil sendiri.
Memang sih, di antara kita ada yang sudah terbiasa mengambil keputusan sendiri. Tapi, momen seperti kelulusan sarjana inilah yang emang bener-bener jadi momen pengesahan kedewasaan kita. Simpelnya, dalam waktu 2 jam sidang, status sebelum dan sesudah sidang [dari calon ST jadi ST] bisa disamain dengan status "belajar dewasa" dan "menjadi dewasa seutuhnya". Dengan perubahan status itu, berubah pula banyak hal. Misal, dari yang asalnya hak menjadi wajib, atau sebaliknya.
Yang biasanya terjadi adalah, perubahan perasaan, dari yang biasanya bergantung pada orang tua itu biasa dan merasa itu adalah hak, berubah menjadi perasaan gak enak karena kok masih bergantung sama orang tua. Selain itu, menjadi dewasa bisa juga berarti perubahan dari yang wajib menjadi yang hak. Misal, yang dulunya kita wajib mendengarkan dan mengikuti semua masukan dari orang tua atau orang lain yang lebih tua, menjadi hak kita yang boleh menerima semua masukan tapi tidak perlu mengikuti masukan itu dan boleh mengambil keputusan dengan pertimbangan pribadi.
Sindrom yang lagi banyak terjadi di angkatanku ya gini, mau ngapain ya... Sementara udah gak bisa seenaknya lagi minta ini itu sama orang tua, atau seenaknya lagi menyerahkan semua keputusan sama orang tua, namun kita masih tidak tahu [atau bimbang] bagaimana caranya untuk bersikap dewasa. Huaaaahhh...
Ternyata 2 jam sidang di ruang seminar TI itu kelak tidak hanya akan menentukan lulus atau tidaknya diriku, ST atau tidaknya diriku, mahasiswa atau pengangguran, tapi juga menentukan suatu status baru untukku [dan teman-temanku yang lain] yaitu status menjadi dewasa dan bergabung menjadi manusia dewasa seutuhnya bersama masyarakat dunia lainnya.
Seperti apakah dunia dibalik milestone tersebut? Akan menyenangkan atau malah akan mengerikan, hmmm.. yasudahlah, toh hidup adalah sebuah proses pembelajaran, yang jelas, tantangan akan menunggu kita di sana.. Semoga kita semua menjadi manusia dewasa yang selalu ada di jalan yang lurus dan bisa mempertanggungjawabkan semua keputusan yang kita ambil dan semua sikap yang kita lakukan.. Amiinn..
Selamat sidang teman-teman, good luck, dan pikirkan matang-matang akan menjadi manusia dewasa seperti apakah kalian.. sidang akan jadi milestone yang benar-benar penting dalam hidup kita semua..
P.S. Tulisan didedikasikan khusus buat temen-temen TI 2003 yang lagi sibuk-sibuknya mau sidang, terutama buat Diah dan Eka yang mau sidang minggu depan, dua orang dari geng belajar. Hehehe... Met sidang ya...
P.P.S. Foto diambil oleh Mpri di Sanur, Bali. 5 Agustus 2007.